Ketokohan Kahar Mudzakkir dan Prof Sardjito Sulit Dicari

Seminar 'Belajar dari Sang Teladan Pak Kahar dan Pak Sardjito' di Kampus UII Yogyakarta, Kamis (14/11/2019). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sejarawan Indonesia, Prof Dr Anhar Gonggong mengungkapkan ketokohan Kahar Mudzakkir dan Prof Sardjito, sangat sulit untuk mendapatkannya dalam kontek sekarang. Sebab keduanya merupakan pemimpin dan pemmpin yang bersedia melampaui diri.

Anhar Gonggong mengemukakan hal tersebut kepada wartawan di sela-sela seminar ‘Belajar dari Sang Teladan Pak Kahar dan Pak Sardjito’ di Auditorium Kahar Mudzakkir Kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Kamis (14/11/2019). Seminar ini merupakan tasyakuran kedua mantan rektor UII mendapat anugerah Pahlawan dari Presiden Jokowi.

Selain Anhar Gonggong, seminar menghadirkan nara sumber Prof Dr Djoko Suryo, Dr Artidjo Alkostar, Dr HM Busyro Muqoddas, Dr Habib Chirzin, dan Drs Ahmad Charris Zubair SU. Seminar dihadiri keluarga Pak Kahar dan Pak Sardjito, mahasiswa, dosen dan masyarakat umum.

Lebih lanjut Anhar Gonggong mengatakan dalam kontek sekarang sangat sedikit pemimpin. “Yang banyak sekarang adalah pejabat. Tidak semua pejabat pemimpin. Kedua orang ini, pernah menjadi pejabat dan pemimpin. Mereka tidak sekedar pejabat. Itu perbedaannya,” kata Anhar.

Kesederhanaan Pak Kahar, jelas Anhar, tidak ada sekarang. “Saat ini, pemimpin kita tidak sederhana. Mana mereka mau naik andong. Sekarang yang dikejar Mercy (Mercedes-Benz,red). Pak Sardjito mana ada sekarang. Beliau orang yang mau meneliti untuk kemudian hasil penelitiannya diberikan kepada rakyat dengan harga yang murah,” jelasnya.

Menurut Anhar, kontek pejabat sekarang, mereka mengejar dirinya dan tidak melampaui diri. Dia mementingkan dirinya dulu. Sehingga ad Menteri Pemuda dan Olahrga dan Menteri Agama masuk penjara, karena ingin memenuhi hasrat.

Prof Sardjito, kata Anhar, sudah memberikan isyarat saat diwawancarai Majalah Inti Sari tahun 1964. Statemen Prof Sardjito adalah sekarang kita membuat ego yang besar, karena sekarang ini orang bersifat kera. Serakah.

Karena itu, kata Anhar, sangat tepat menokohkan keduanya sebagai Pahlawan Nasional. Sebab saat ini sangat susah mendapatkan teladan. “Maka kita kembali kepada yang sudah almarhum. Maka benar sekali belajar dari Teladan. Karena tidak ada teladan dari yang masih hidup,” tandasnya.

Sementara Rektor UII, Fathul Wahid PhD mengatakan perjuangan untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional untuk Kahar Mudzakkir dan Prof Sardjito cukup lama yaitu selama delapan tahun. Kahar Mudzakkir merupakan rektor pertama dan telah berjuang untuk kemajuan UII.

Sedangkan Prof Sardjito menjadi Rektor UII pada periode tahun 1963-1970. “Prof Sardjito sebagai peneliti telah menemukan obat-obat. Namun beliau meminta obat jangan dijual mahal. Selain itu, mendirikan delapan cabang UII, tidak pernah menerima gaji, dan uang sidang,” kata Fathul Wahid. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *