UII Gelar Diskusi Palestina: ‘Kolaborasi Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina’

Narasumber saat menyampaikan materi pada Diskusi Palestina bertajuk 'Kolaborasi Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina,' secara virtual, Selasa malam (24/6/2025). (foto : istimewa)
Narasumber saat menyampaikan materi pada Diskusi Palestina bertajuk 'Kolaborasi Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina,' secara virtual, Selasa malam (24/6/2025). (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan Seri Diskusi Palestina bertajuk ‘Kolaborasi Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina,’ Selasa malam (24/6/2025). Diskusi ini sebagai respons atas krisis kemanusiaan yang berlangsung di Gaza sejak akhir 2023.

Diskusi ini memberikan gambaran tentang kontribusi konkret rakyat Indonesia melalui pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Selain itu, diskusi ini untuk mengetahui kondisi terkini Rumah Sakit Indonesia di Gaza sejak agresi Israel yang terjadi pada 2023.

Bacaan Lainnya

Dr Ahyaudin Sodri, ST, MSc, Presidium MER-C Indonesia menjelaskan Rumah Sakit Indonesia di Gaza berdiri sejak tahun 2009. Rumah Sakit ini merupakan bentuk solidaritas masyarakat sipil Indonesia terhadap warga Palestina. Rumah Sakit ini dibangun bukan atas instruksi pemerintah, melainkan ‘from people to people.’

Ahyaudin menambahkan posisi Rumah Sakit Indonesia berada di Gaza Utara bukanlah tanpa pertimbangan. Rumah Sakit Indonesia merupakan penyangga fasilitas kesehatan di wilayah di mana kekerasan paling sering terjadi. Rumah Sakit Indonesia ini telah menyelesaikan pembangunan di tahap kedua. Namun sayang Rumah Sakit Indonesia ini mengalami kerusakan sejak agresi 2023.

Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang rusak dan dipaksa berhenti beroperasi. (foto : istimewa)

“Rumah Sakit Indonesia masih memberikan pelayanan kepada warga hingga Mei 2025. Namun, pada akhirnya dipaksa berhenti beroperasi oleh agresor (Israel) pada Juni 2025,” kata Ahyaudin.

Sedang Dr dr Isnatin Miladiyah, MKes, Dekan Fakultas Kedokteran UII, menekankan nilai-nilai dasar profesi kedokteran berakar pada kemanusiaan yang tidak memandang latar belakang politik atau geografis. Isnatin menyampaikan selama agresi Israel lebih dari seribu dokter meninggal di Palestina.

“Kehilangan tenaga medis sebesar ini mempengaruhi sistem layanan kesehatan dan pendidikan kedokteran di Gaza. Untuk itu, UII dan Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI) tengah mengembangkan skema beasiswa untuk mahasiswa kedokteran Palestina agar mereka dapat melanjutkan studi di luar zona konflik,” kata Isnatin Miladiyah.

Sementara Dr Hasbi Aswar, dosen Hubungan Internasional UII, mengkritik keras kegagalan sistem hukum internasional dan lembaga global seperti PBB dalam melindungi relawan dan fasilitas kemanusiaan di Palestina. Hasbi menyampaikan Hukum Internasional tidak dapat melindungi relawan kemanusiaan termasuk dokter dan jurnalis.

Dalam dua tahun terakhir, kata Hasbi Aswar, dunia telah menyaksikan tidak ada satupun upaya dari PBB yang dapat mencegah kekerasan di Gaza. Dalam melihat situasi ini, solusi yang dibutuhkan tidak hanya solusi kemanusiaan, namun juga solusi yang politis. “Salah satunya, memperkuat diplomasi Indonesia terhadap negara-negara yang berbatasan langsung dengan Palestina untuk membuka akses terhadap bantuan,” kata Hasbi Aswar. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *