4th NCAF Mencari Strategi Adaptasi Organisasi di Masa Covid-19

Fathul Wahid saat menyampaikan keynote speech pada 4th NCFA, Rabu (26/8/2020). (screenshot zoom/heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Bisnis & Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menggelar National Conference on Accounting and Finance (NCAF) ke 4 secara Daring (dalam jejaring) Rabu-Kamis (26-27/8/2020). NCAF yang membahas 94 paper dari berbagai perguruan tinggi ini diharapkan dapat menemukan strategi adaptasi dan resiliensi organisasi saat menghadapi pandemi Covid-19.

Dijelaskan Ketua Panitia 4th NCAF, Arief Rahman, SE, MCom, PhD pandemi Covid-19 menimbulkan guncangan bagi hampir seluruh negara di dunia. Hal ini membuat pergerakan barang maupun manusia secara global mendadak terhenti sementara.

Bacaan Lainnya

“Terhentinya arus barang dan manusia menyebabkan kekacauan di berbagai sektor dan memunculkan berbagai peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Permasalahan yang ditimbulkan Covid-19 ini tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi juga ekonomi dan keuangan,” kata Arief Rahman.

4th NCAF, kata Arief, digelar bersama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ada empat keynote speaker yait Anies Rasyid Baswedan, SE, MPP, PhD (Gubernur DKI Jakarta) sebagai perwakilan dari Institusi Pemerintah. Anies Baswedan berhalangan hadir dan digantikan Dr Sri Haryati, Sekretariat Asisten Perekonomian dan Keuangan.

Kemudian Sandiaga Salahuddin Uno, BBA, MBA (Pengusaha) sebagai perwakilan dari pelaku Industri; Prof. Fathul Wahid, ST, MSc, PhD (Rektor Universitas Islam Indonesia) sebagai perwakilan dari Institusi Pendidikan. Prof Rofikoh Rokhim, SE, SIP, DEA, PhD (Komisaris Independen BRI & Dosen Universitas Indonesia) selaku pengamat ekonomi dan keuangan. Moderator Ketua Prodi Magister Akuntansi UII yaitu Dekar Urumsah, SE, SSi, MCom (IS), PhD.

Lebih lanjut Arief Rahman mengatakan secara global pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan negatif 5,2%. Semua bursa saham terkoreksi dan nilai kapitalisasi pasar saham pun juga mengalami penurunan. Di sisi lain, ahli kesehatan masih belum bisa memperkirakan secara pasti kapan pandemi ini akan berakhir.

Indonesia, jelas Arief, juga sulit lepas dari krisis ini. Tantangan berat dialami oleh semua sektor baik organisasi publik maupun organisasi privat. Namun demikian, semua organisasi dituntut untuk secara kreatif mencari cara agar tetap tangguh bertahan di masa krisis.

Kegiatan ini melibatkan 19 universitas dari berbagai wilayah di Indonesia sebagai co-host. Yaitu, Universitas Mercubuana Jakarta, Universitas Widyagama Malang, UPN Veteran Jawa Timur, Universitas Sumatera Utara, Universitas Batanghari, Universitas Padjadjaran, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Pancasakti, Universitas Islam Bandung, Universitas Negeri Malang, Universitas Syiah Kuala, Universitas Riau, Institut Bisnis Nusantara, Universitas IBA Palembang, Universitas Amikom Yogyakarta, Universitas Cendrawasih, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, UPN Veteran Jakarta, dan Universitas Trunojoyo Madura.

“Diharapkan pemaparan dari para pakar yang mumpuni ini dapat memberikan wawasan mengenai alternatif strategi dan upaya membangun resiliensi organisasi mengantisipasi dampak Covid-19,” harap Arief Rahman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *