Yusdani : Strategi Memperjuangkan Islam tidak Harus Satu Jalan

Yusdani
Yusdani saat menyampaikan keynote speech pada diskusi PS2PM, Senin (5/2/2024). (foto : screenshotzoom/heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dr Drs Yusdani, MAg, Direktur Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta menandaskan strategi memperjuangkan Islam tidak harus satu jalan. Atau dengan kata lain, satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan hanya dengan satu partai tertentu, tidak. Tetapi satu tujuan, sedang strategi untuk mencapainya dengan berbagai partai.

Yusdani mengemukakan hal tersebut ketika menjadi keynote speaker pada Dialog Terbuka ‘Strategi Politik Santri Milenial untuk Rakyat Sejahtera’ secara virtual, Senin (5/2/2024). Dialog dipandu kandidat doktor, Januariansyah Arfaizar, SHI, ME, Ketua Forum Keluarga IKARUS Yogyakarta yang juga Dosen STAI Yogyakarta.

Bacaan Lainnya

Dialog ini menampilkan pembicara lima pembicara calon legislatif DPR RI, DPRD Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), dan tiga calon legislatif DPRD kabupaten. Mereka adalah Dr H Andi Amrullah, Lc, MEI (Calon Anggota DPR RI – Dapil Sumsel 2 | PKS), Sonedi Ariansyah, S Sos I, SH (Calon Anggota DPRD Provinsi Sumsel – Dapil 3 OKI dan Ogan Ilir | PPP), Epi Yuliana, SHI, MH (Calon Anggota DPRD Kabupaten Musi Banyuasin – Dapil 3 Musi Banyuasin | PKB), Muammar Qadafi, MPd (Calon Anggota DPRD Kabupaten Batanghari – Dapil 1 Muara Bulian – MSI | PDIP), dan Madi Apriadi, SPdI, MPd (Calon Anggota DPRD Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) – Dapil PALI 4 | GERINDRA)

Yusdani yang juga Dosen UII Yogyakarta mengatakan saat ini santri memiliki katagori yang banyak. Ada katagori Santri Akademis, Santri Sosiologis, Santri Politis, Santri Ideologis, dan katagori lain yang dilekatkan pada santri.

“Hal yang ingin kita diskusikan malam ini : ternyata sekarang ini santri itu merasa sudah selesai dengan pemikiran domestiknya. Sehingga mereka mengarah pada perjuangan di luar domistik mereka yaitu ikut berpartisipasi dalam perpolitikan negara,” kata Yusdani.

Dialog PS2PM secara virtual. (foto : screenshotzoom/heri purwata)

Karena itu, Yusdani mengapresiasi kiprah para santri. Sebab para santri di Indonesia tidak hanya ikut satu partai, tetapi beragam partainya. “Ini perlu kita hargai. Kita tidak boleh berpartai dengan kacamata kuda. Sebab kaca mata kuda itu berbahaya kalau dikembangkan,” katanya.

Wujud apresiasi PS2PM, tambah Yusdani, menggelar diskusi ini. Yusdani berharap diskusi ini dapat menemukan berbagai gagasan dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Indonesia.

“Jangan sampai ukuwah diniah, ukuwah watoniah kita pecah gara-gara berbeda pilihan partai politik. Dan ingat, partai politik itu bukan tujuan tetapi sarana atau wasilah untuk mencapai negara yang sejahtera atau baldatun toyyibatun warobbun ghofur,” tandas Yusdani.

Dalam diskusi, Muammar Qadafi mengungkapkan calon legislatif muda belum banyak dikenal masyarakat. Sehingga mereka harus berjuang untuk memperkenalkan dirinya dan program-program yang diusungnya.

“Masyarakat itu cenderung memilih anggota legislatif yang lama-lama. Maka penting memberikan wawasan kepada masyarakat agar mereka memilih anggota legislatif yang baru tampil dan bisa memperjuangkan aspirasinya. Saat ini, calon-calon legislatif baru itu hanya sebagai alternatif,” kata Muammar Qadafi.

Sementara Madi Apriadi memberikan tip agar dapat mengambil hati masyarakat dan mau memilih dirinya. Menurutnya, calon legislatif itu harus berbaur dengan masyarakat dan memberi contoh atau teladan terlebih dahulu kepada masyarakat/santri. “Setelah dinilai cukup menjadi teladan di masyarakat, baru mencalonkam diri sebagai legislatif,” kata Madi Apriadi. (*)