Tim P3D HMK FMIPA UII Olah Minyak Jelantah Jadi Biodisel

Tim HMK FIMA UII sedang praktek mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel di Dusun Kalisoro, Desa Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Sleman, DIY, Sabtu (16/10/2021). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Tim Program Pengembangan Pemberdayaan Desa (P3D) Himpunan Mahasiswa Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia (HMK FMIPA UII) berhasil mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel. Kini kemampuan tersebut didesiminasikan kepada warga Desa Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Rata-rata masyarakat Umbulmartani membuang limbah minyak jelantah ke saluran pembuangan limbah dapur atau langsung ke tanah. Sedangkan penjual makanan menampung jelantah untuk digunakan kembali menggoreng makanan yang dijual,” kata Randy Ramadani, juru bicara Tim P3D HMK UII di Yogyakarta, Sabtu (16/10/2021).

Bacaan Lainnya

Dijelaskan Randy Ramadani, Tim P3D HMK UII terdiri dari 11 mahasiswa dari angkatan 2018 dan 2019. Mereka adalah Randy Ramadani, Tiara Fatikha Sari, Mediana Faraswati, Nistira Khairani, Bella Gustidiningrat, Thoriqul Aziz Nurfalah dari angkatan tahun 2018. Sedang angkatan 2019 adalah Ahmad Nabil Shahab, Manda Raihana, Siva Nur Salsabilla, Faustine Naomi Dhetaya, dan Evi Rahmawati.

Mengutip pendapat Anastasia (2018), kata Randy, minyak jelantah akan menyebabkan pencemaran air maupun tanah jika dibuang langsung ke lingkungan. Sedangkan menurut Aisyah (2009), minyak jelantah dapat menyebabkan penyakit jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.

Lebih lanjut Randy mengatakan minyak jelantah berasal dari minyak goreng yang terbuat dari buah sawit. Sebelumnya, tahun 2020, Tim Program Holistik Pengembangan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) HMK UII telah berhasil mengembangkan alat untuk mengolah jelantah menjadi biodiesel. Alat tersebut diberi nama ‘One Pot Reaction.’

Tim PHP2D HMK UII 2020 telah melakukan sosialisasi minyak jelantah, pengumpulan dan pengolahan menjadi biodiesel bagi warga Desa Umbulmartani. Hasil dari program ini juga terbentuknya Bank Energi di Desa Umbulmartani dengan terdapat dua unit alat konversi minyak jelantah menjadi biodiesel. Dua alat konversi tersebut dioperasikan ibu-ibu PKK Dusun Kalisoro, Desa Umbulmartani. “Setiap minggu menghasilkan 15 liter biodiesel,” kata Randy.

Kini, kata Randy, Tim P3D 2021 HMK UII melanjutkan program tersebut. Sehingga ke depan, Tim PHP2D HMK UII 2021 mampu melanjutkan pemberdayaan dan tercipta masyarakat yang peduli lingkungan dan mandiri energi. “Selain bioedisel, juga menghasilkan lilin dan sabun,” katanya.

Sementara Ketua Tim Penggerak PKK Dusun Kalisoro, Sri Sukarni mengatakan warga, khususnya ibu-ibu PKK sangat terbantu dengan kehadiran HMK FIMPA UII. Mereka telah menularkan ilmu dan praktek mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel, sabun cair, dan lilin.

HMK UII telah membantu dua alat ‘One Pot Reaction’ untuk mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel. Beberapa hari lalu, ibu-ibu PKK, kelompok UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera), kelompok BKL (Bina Keluarga Lansia) juga dilatih untuk membuat sabun cair.

“Alhamdulillah mahasiswa Kimia UII baik-baik. Mereka siap memenuhi permintaan ibu-ibu. Kemarin dari kampus UII datang ke sini memberi pelatihan membuat sabun cair,” kata Sri Sukarti.

Lebih lanjut Sri Sukarti, mengatakan sabun hasil pelatihan dari UII tidak kalah dengan sabun produksi pabrikan. Jika dipakai, tangan tidak ‘ngglodog’ (kulit tidak terkelupas). “Kemarin kita mempraktekan membuat sabun cair yang tidak banyak busanya,” tambah Sri yang juga isteri Kepala Dusun Kalisoro.

Menurut Sri Sukarti, hasil pelatihan ini memiliki prospek yang bagus dan bisa menjadi industri rumahan. Selama pandemi ini, warga Dusun Kalisoro yang biasa membuat makanan camilan sangat berkurang produksinya. Sebab mereka tidak bisa menjual sehingga mengandalkan penjualan secara online. Tetapi hasilnya tidak sebagus bila menjual secara langsung.

“Nanti jika sudah boleh berkumpul-kumpul lagi, ketrampilan membuat sabun cair dari HMK UII ini akan kita sosialisasikan. Di harapkan mereka bisa memproduksi sendiri dalam jumlah banyak dan dijual. Sehingga bisa menambah penghasilan keluarga,” harap Sri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *