YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Prof Dr Ir Bambang Supriyadi, CES, DEA, IPU, ASEAN Eng mengatakan pertanyaan tipe jembatan seperti apa yang tepat dibangun di suatu daerah selalu muncul saat akan membangun jembatan. Dari aspek desain, ada banyak kemungkinan sehingga kreativitas dan kemampuan perencana memainkan peranan besar dalam menjawab pertanyaan tersebut.
Prof Bambang Supriyadi mengungkapkan hal tersebut pada pengukuhan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknik Sipil, sub-bidang Teknik Struktur di Balai Senat UGM, Selasa (9/1/2024). Dosen Fakultas Teknik UGM ini mengangkat judul pidato pengukuhan ‘Perkembangan Jembatan dan Pengaruh Aerodinamik Angin terhadap Kestabilan Jembatan Kabel Bentang Panjang.’
Lebih lanjut Bambang mengatakan pada tahap perencanaan jembatan harus didesain dengan beberapa faktor penting. Di antaranya, kekuatan, kekakuan, stabilitas, servisabilitas, durabi- litas, ekonomis hingga faktor estetika.
Menurutnya, pemilihan tipe jembatan, sangat tergantung pada panjang bentang yang diperlukan. Gelagar Beton bertulang, Gelagar Baja, Box baja ataupun Beton Pratekan sering digunakan untuk jembatan bentang pendek maupun sedang. Untuk jembatan bentang panjang banyak digunakan jembatan tipe kabel seperti jembatan gantung (suspension bridge) dan cable stayed bridge.
“Dalam hal ini jembatan akan menjadi pengontrol volume dan berat lalu lintas yang dapat dilayani oleh sistem transportasi. Oleh karena itu, jembatan dapat dikatakan mempunyai fungsi keseimbangan (balancing) dari sistem transportasi,” kata Bambang.
Bambang menuturkan sejarah jembatan sejalan dengan sejarah peradaban manusia. Beberapa abad yang lampau manusia mengkategorikan lima tipe jembatan yakni balok (simple beam), kantilever (cantilever), pelengkung (arch), kabel gantung (suspension) dan rangka (truss). Empat tipe pertama jembatan diilhami dari kehidupan sebelum Masehi. Selanjutnya, perkembangan teknik jembatan dihasilkan dari evolusi bentuk struktur, material, metode perencanaan, fabrikasi, dan cara pendiriannya.
Jembatan gantung (Suspension Bridge), kata Bambang, menggunakan kabel sebagai bagian terpenting dari jembatan bersuspensi. Sebab fungsinya adalah menahan beban lantai jembatan yang nantinya diteruskan ke tumpuan yang ada di ujung jembatan.
Perilaku Aeroelastic pada struktur jembatan bentang panjang dengan penyangga kabel merupakan aspek yang sangat penting untuk dipelajari sebagai bagian dari desain maupun analisis. Struktur jembatan gantung memiliki kendala berupa angin yang dapat menyebabkan permasalahan keamanan dan pelayanan, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan pada seluruh struktur jembatan.
Salah satu permasalahan utama dengan jembatan bentang panjang adalah akibat beban angin dinamik. Ia mencontohkan runtuhnya jembatan Tacoma adalah kegagalan struktur akibat ketidakstabilan aerodinamik yang memiliki ketebalan yang kurang ideal dari deck yang tinggi.
Selain itu, kata Bambang, juga karena lebar dari jembatan dibandingkan dengan bentang dari jembatan untuk menahan beban aerodinamik yang mengakibatkan jembatan mengalami gerak berombak sampai akhirnya jembatan tersebut runtuh. Jembatan Tacoma dirancang dapat bertahan hingga kecepatan angin 193km/h atau (53,6m/s) namun runtuh akibat hembusan angin pada kecepatan 67,6 km/h (18,78m/s). (*)