Prof Imam Prasetyo : Mendesak Kebutuhan Sistem Penyimpan Energi Listrik

Imam Prasetyo
Prof Imam Prasetyo saat menyampaikan pidato pengukuhan. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sejak tahun 2015 hingga saat ini diprediksikan Indonesia mengalami kelebihan pasokan listrik. Namun sayang kelebihan pasokan listrik belum diimbangi dengan kesesuaian antara proyeksi permintaan dan realisasinya. Sehingga perlu ada pengembangan perangkat penyimpan agar kelebihan pasokan listrik ini terbuang percuma.

“Di satu sisi, ada aspek kehandalan atau jaminan ketersediaan energi, sebagai sesuatu yang patut disyukuri. Tetapi dari sisi keekonomian, kondisi kelebihan pasokan ini justru menyebabkan kerugian yang cukup membebani keuangan negara,” kata Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Prof Ir Imam Prasetyo, MEng, PhD, dalam pidato pengukuhan Guru Bidang Teknik Kimia, , di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM, Selasa (9/1/2024).

Bacaan Lainnya

Menurut Prof Imam Prasetyo, kelimpahan pasokan energi listrik juga berdampak pada investasi energi baru terbarukan, sebab kondisi ini secara otomatis akan menjadikan tertutupnya ruang pengembangannya. Sehingga pemerintah kemungkinan besar akan mengambil sikap pragmatis yaitu memprioritaskan sumber energi yang sudah ada.

Imam Prasetyo mengangkat judul pidato pengukuhan, Material Karbon Nanopori dan Masa Depan Pengembangan Perangkat Penyimpan Energi Definisi Material Karbon Nanopori.Kelimpahan pasokan listrik di Indonesia bisa dihindari jika dalam perencanaan pembangunan pembangkitan listrik tersebut melibatkan keberadaan sistem energy storage yang terintegrasikan di dalamnya.

“Dorongan pemerintah melalui pemberian insentif pembelian kendaraan listrik serta pemberian cuma-cuma peralatan elektronik rumah tangga seperti kompor listrik dan rice cooker, hanya sebagai solusi jangka pendek memitigasi kelebihan pasokan listrik, tidak perlu dilakukan,” kata Imam.

Imam menambahkan ketersediaan unit utilitas energy storage yang efisien dan handal akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pembangkitan energi di masa depan. Munculnya berbagai perkembangan teknologi baru dalam sistem penyimpan energi serta kebutuhan mengintegrasikan sumber energi terbarukan dalam sistem pembangkit tenaga listrik, pembangunan sektor energi suatu negara akan menghadapi berbagai tantangan dan sekaligus memberikan peluang.

“Riset, pengembangan teknologi, serta inovasi diperlukan untuk mengantisipasi tren ke depan, serta untuk meningkatkan cakupan aplikasi teknologi energy storage sangat diperlukan,” tandas Imam Prasetyo.

Imam mengatakan, ia dan tim yang tergabung dalam Grup Riset Karbon Departemen Teknik Kimia UGM saat ini tengah melakukan penelitian terkait material untuk pengembangan perangkat energy storage dari material karbon nanopori. Adapun material karbon nanopori adalah material karbon yang porous yang memiliki ukuran pori lebih kecil dari 100 nano meter dengan struktur pori hierarkis dan membentuk jaringan pori yang terinterkoneksi, serta luas permukaan spesifik yang besar. Dalam aplikasinya, partikel karbon tersebut dapat berbentuk serbuk halus, granular, pellet atau dicetak dalam bentuk blok.

Riset karbon nanopori ini menurut Imam diharapkan secara tidak langsung akan memacu pengembangan dan inovasi teknologi perangkat penyimpan energi lainnya seperti baterai, superkapasitor, fuel cell, serta adsorptive Hydrogen-storage. “Baterai, superkapasitor, fuel cell dan adsorptive Hydrogen-storage merupakan perangkat energy storage yang penting dan memainkan peran yang sangat strategis dalam proses elektrifikasi,” paparnya.

Meski masih tahap penelitian, Imam berpendapat riset unit utilitas penyimpan energi dalam pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu solusi penting untuk mengelola kelimpahan pasokan energi listrik. Fungsi unit sistem penyimpan energi ini dapat dioptimalkan dengan melakukan hibridisasi antara perangkat penyimpan energi dengan perangkat elektrolisis.

Sebab, energi listrik yang tidak tertampung dalam perangkat penyimpan energi dapat dimanfaatkan untuk melakukan proses elektrolisis air sehingga dihasilkan gas hidrogen yang siap untuk dikonversi menjadi energi. “Dengan semakin berkembangnya teknologi penyimpan energi maka kendala utama berupa ketidakajegan dalam pemanfaatan energi surya dan energi angin dapat teratasi sehingga pemanfaatan energi baru terbarukan yang tidak polutif ini akan semakin meluas,” ujarnya.

Namun yang tidak kalah penting, kata Imam, pengembangan sistem energy storage diharapkan bisa mengakselerasi perluasan akses pembangunan elektrifikasi di samping juga memungkinkan peningkatan cakupan pemanfaatan energi baru terbarukan sehingga ketergantungan terhadap energi fosil dan dampak ekologis yang ditimbulkan oleh energi fosil dapat dikurangi. (*)