SSCM untuk Wujudkan Industri CPO Ramah Lingkungan

Rangga Primadasa saat memberikan penjelasan kepada wartawan di Kampus FTI UII Yogyakarta, Jumat (19/5/2017). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA — Rangga Primadasa, mahasiswa Magister Teknik Industri Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) berhasil menemukan metode untuk menciptakan pabrik kelapa sawit yang ramah lingkungan. Penelitian yang berjudul ‘Mengukur Kinerja Sustainable Supply Chain Management (SSCM) Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS) Menggunakan Sustainable Value Stream Mapping (Sus-VSM)’ diarahkan untuk memenuhi kebijakan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).

“Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk mengetahui kinerja seperti apa yang digunakan industri kelapa sawit. Sehingga penelitian ini dapat diterapkan untuk seluruh industri kelapa sawit di Indonesia dan diharapkan bisa menciptakan industri yang ramah lingkungan,” kata Dr. Ir. Elisa Kusrini, M.T., CPIM., CSCP yag menjadi dosen pembimbing Rangga Primadasa di Kampus FTI UII, Jumat (19/5/2017).

Selama ini, Indonesia menjadi produsen minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Namun sayang, produksi yang banyak itu tidak banyak diterima di pasar dunia karena cara mengolahnya dinilai tidak ramah lingkungan.

Tahun 2014, ekspor CPO Indonesia sebanyak 21.76 juta ton, kemudian tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 26,40 juta ton. Sedang nilai ekspor CPO tahun 2015 sebesar 18,64 miliar dolar Amerika Serikat. Sementara ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2015 mencapai 4.23 juta ton, naik 2.6 persen dibandingkan tahun 2014. “Tantangannya adalah pada tahun 2020 Uni Eropa berencana menerapkan aturan kewajiban 100 persen sustainable supply chain untuk produk berbasis kelapa sawit,” kata Elisa.

Karena itu, kata Elisa, penelitian Rangga Primadasa dapat digunakan untuk menciptakan industri kelapa sawit yang ramah lingkungan. Ia mengharapkan hasil penelitian ini bisa dierapkan di seluruh industri kelapa sawit di Indonesia.

Sementara Rangga Primadasa mengungkapkan penelitian ini mengambil sample pada PT Katingan Indah Utama (KIU). Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Group).

PT KIU merupakan perusahaan inti yang ditunjuk pemerintah untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit terletak di Desa Kabuau, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah. PT. KIU yang juga merupakan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (Palm Oil Mill) yang mengolah bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) yang dihasilkan dari kebun Inti, kebun Plasma dan kebun luar menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel.

“Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang kami lakukan, PT. KIU masih belum melakukan pengukuran kinerja manajemen rantai pasok berkelanjutan dengan metode apapun,” kata Rangga.
Dijelaskan Rangga, SSCM adalah pendekatan sistematis dan terintegrasi yang akan membantu perusahaan untuk mengembangkan strategi “win-win”untuk mendapatkan keuntungan dan market share sekaligus mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup. Penerapan SSCM dapat digunakan untuk mengatasi isu-isu sosio-enviromental dan meningkatkan performa kemasyarakatan.

“SSCM telah berkembang dari dua perspektif. Manajer lingkungan hidup telah mulai menggunakan pendekatan Life Cycle Analysis (LCA) untuk mengelola dampak terhadap lingkungan hidup. Pendekatan ini melihat produk dari dampaknya terhadap lingkungan mulai dari raw material, proses pengolahan dan penggunaannya, sampai ke pembuangan limbah akhir,” kata Rangga.

Penulis : Heri Purwata

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *