Prof Pramaditya Wicaksono Jadi Guru Besar Termuda UGM

Prof Pramaditya Wicaksono
Prof Pramaditya Wicaksono saat menyampaikan pidato pengukuhan. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Prof Pramaditya Wicaksono, SSi, MSc menjadi Guru Besar termuda di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Guru Besar bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir Fakultas Geografi ini dikukuhkan pada usia 35 tahun 11 bulan di Balai Senat UGM, Selasa (13/2/2024). Rekor termuda sebelumnya diraih Prof Agung Endro Nugroho yang meraih jabatan guru besar pada usia 36 tahun 9 bulan.

Prof Prama memaparkan terkait pemetaan dan pemantauan padang lamun menggunakan metode penginderaan jauh. Metode ini menjadi solusi paling efektif dan efisien dalam melakukan pemetaan dan pemantauan untuk memahami secraa komperehensif kondisi spasial dan temporal ekosistem padang lamun.

Bacaan Lainnya

Prama memaparkan, Indonesia memiliki potensi padang lamun mencapai 1.847.341 hektare, tetapi hanya 294.464 hektare yang telah terverifikasi. Padang lamun ini memiliki beragam fungsi ekonomis dan ekologis serta berdampak krusial dalam menjalankan konsep ekonomi biru.

Ia mencontohkan padang lamun memberikan dukungan bagi sekitar 20% dari industri perikanan terbesar di dunia dengan nilai diperkirakan mencapai 200 juta Euro per tahun hanya di kawasan Mediterania. Lalu, padang lamun juga berperan sebagai penyimpan karbon (carbon sink) dengan kapasitas tinggi dalam menyerap karbon jangka panjang melalui penimbunan karbon yang sangat efektif yakni lebih dari 10 kali lipat lebih efisien dibandingkan dengan ekosistem di daratan “Meskipun hanya menempati 0,1% dari luas laut, padang lamun mampu menampung sekitar 18% dari total karbon yang terserap oleh lautan di bumi,” kata Prama.

Menurut Prama, perlindungan dan pengelolaan ekosistem padang lamun yang berkelanjutan menjadi salah satu kunci kesuksesan implementasi konsep blue economy dan berperan dalam mendukung pencapaian sejumlah target global SDGs. Meski memiliki peran vital, padang lamun menjadi salah satu ekosistem pesisir yang minim mendapat perlindungan.

Data UNEP, 20220 mencatat sejak tahun 1980, kerusakan padang lamun global mencapai 58%, dengan luasan yang hilang setara dengan lapangan sepak bola setiap 30 menit. Oleh karena itu, data dan informasi terkait ekosistem padang lamun menjadi krusial, terutama dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.

“Dalam upaya mengelola padang lamun serta memaksimalkan perannya sebagai nature-based solutions dalam proses adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim, langkah awal yang krusial adalah memahami pola sebaran spasial dan temporal dari padang lamun. Penggunaan teknologi penginderaan jauh telah terbukti sebagai metode paling efektif dan efisien dalam pencapaian langkah ini,” katanya.

Prama menyebutkan model penginderaan jauh yang optimal untuk pemetaan biodiversitas ekosistem padang lamun perlu mempertimbangkan variasi temporal dari ekosistem padang lamun yang dipetakan. Variasi temporal dalam ekosistem padang lamun ini bersifat unik untuk setiap wilayah, bergantung pada komposisi spesies dan kondisi habitatnya. Oleh karena itu, proses pemetaan untuk memahami dinamika karbon biru pada padang lamun sebaiknya tidak hanya dilakukan setahun sekali, melainkan sebaiknya dilakukan secara bulanan, dwibulanan, atau minimal secara musiman.

Lebih lanjut ia mengatakan analisis terhadap perubahan tutupan padang lamun tidak dapat dilakukan apabila data atau peta yang digunakan untuk analisis diperoleh dari bulan atau musim yang berbeda. Sebab, hal tersebut dapat menghasilkan kesimpulan yang kurang tepat dan berpotensi memengaruhi pengambilan keputusan serta strategi pengelolaan yang relevan. Untuk itu, diperlukan konsistensi dalam pengumpulan data dan pemetaan pada interval waktu yang sesuai.

“Untuk mencapai akurasi tinggi dan mendapatkan peta biodiversitas ekosistem padang lamun yang representatif terhadap kondisi sebenarnya di permukaan bumi, skema klasifikasi untuk pemetaan perlu disusun dengan mempertimbangkan resolusi dan kemampuan data penginderaan jauh yang digunakan,” harapnya. (*)