Mahasiswa UII Bimbing Siswa Difabel Jadi Wirausahawan

Kelompok Dalang Cantik & Kenal Budi dari FTI UII Yogyakarta. (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA — Kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) berhasil melatih siswa-siswi tuna rungu dan tuna grahita Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri I Sleman mengolah kain perca batik menjadi karya bernilai ekonomis. Kelompok mahasiswa ini terdiri dari Febri Wahyudi, Dwi Adi Purnama, Manzula Maulida Rahman, dan Alfiqra.

Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga bulan (Maret-April 2017) dengan memberi ketrampilan mengolah kain perca batik menjadi bross dan aksesori, tas cantik, taplak meja. Selain itu, siswa SLB Negeri I Sleman juga dikenalkan budaya Indonesia melalui permainan Monopoli Budaya Indonesia (Libudi) dan Ular Tangga Budaya Indonesia (Utang).

Kelompok ini diberi nama ‘Dalang Cantik & Kenal Budi’ (Daur Ulang Perca Batik dan Pengenalan Budaya Indonesia). Hasil karya kelompok ini telah lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke 30 di Makassar, beberapa waktu lalu.

Bross, salah satu karya siswa difabel SLB Negeri I Sleman. (foto : heri purwata)

Selain memberikan pelatihan ketrampilan, siswa SLB Negeri I Sleman diajak untuk berkunjung ke pusat Batik Giriloyo, Imogiri, Bantul. Di sini, anak-anak difabel dapat mengetahui, melihat dan mempraktekan proses membuat batik tulis.

“Ini untuk menumbuhkan inspirasi untuk berkarya dan mempunyai motivasi menghasilkan suatu nilai dari bahan mentah. Kunjungan ke kampung batik, anak-anak difabel mempunyai pengalaman khusus terhadap dunia seni dan berwirausaha,” kata Febri Wahyudi yang didampingi dosen pembimbing Vebri Noor Heila ST MT di Yogyakarta, Rabu (9/9/2017).

Hasil pelatihan ketrampilan pengolahan limbah perca batik ini dipamerkan dan diperjualbelikan di Expo Perancangan Sistem Industri Terpadu Teknik Industri UII. Pengalaman ini diharapkan bisa menjadi bekal berwirausaha bagi siswa-siswi di masa datang.

Permainan ular tangga yang pertanyaannya menekankan pada pengenalan budaya Indonesia. (foto : heri purwata)

Ditambahkan Manzula Maulida Rahman, Kelompok ini juga memberikan pelatihan untuk pemasaran produk yang dihasilkan. Selain itu, juga akan memberikan pelatihan pengemasan produk agar lebih menarik pembeli. “Siswa yang kita bina itu tuna rungu yang kesulitan dalam berkomunikasi. Karena itu, pemasarannya lebih ditekankan melalui on line dan kita sedang merintis untuk bekerjasama dengan bisnis e-commerce di Sleman,” kata Manzula.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *