Kapasitas Insenerator Kreasi FTI UII Perlu Diperbesar

FTI UII
Pembakaran sampah residu dengan insenerator karya FTI UII di TPS3R Girirejo, Magelang. (foto : heri purwata)

MAGELANG, JOGPAPER.NET — Kepala Seksi Pemerintahan Desa Girirejo, Nur Salim, mengungkapkan kehadiran insenerator kreasi Fakultas Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) ini sangat membantu melenyapkan sampah residu berupa plastik tidak layak jual dan popok. Insenerator karya FTI UII ini sudah satu bulan berada di Tempat Pengolahan Sampah – Reduce Reuse Recycle (TPS3R) Dusun Mantran Kulon, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Dijelaskan Nur Salim insenerator tersebut sudah bisa melenyapkan 30 kilogram sampah residu satu kali pembakaran dan membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam hingga sampah terbakar tuntas. Padahal setiap harinya, TPS3R Desa Girirejo menghasilkan sampah organik atau limbah sayur tiap hari tiga ton. Limbah plastik, popok kurang lebih satu ton. Sedang yang bisa dijual hanya tiga kuintal saja dan sampah residu tujuh kuintal.

Bacaan Lainnya
Sampah residu yang dibakar menggunakan insenerator. (foto : heri purwata)

Sehingga untuk melenyapkan tujuh kuintal sampah residu membutuhkan waktu 70 jam atau selama tiga hari. Akibatnya, sampah residu akan terus menumpuk. “Karena itu, dibutuhkan insenerator yang memiliki kapasitas yang lebih besar dan bisa melenyapkan sampah residu satu hari selesai,” kata Nur Salim.

Meskipun demikian, insenerator kreasi FTI UII merupakan alat efektif untuk melenyapkan sampah residu. Sehingga pengelola TPS3R Desa Girirejo diminta melakukan presentasi tentang Insenerator kreasi FTI UII di hadapan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Komisi V DPR RI di Magelang yang dijadwalkan Selasa (30/8/2022).

“Ketika alat ini dinilai berhasil, dari Kementerian PUPR akan pesan ke UII untuk diperbantukan di TPS3R Desa Girirejo dengan skala yang lebih besar. Tidak tertutup kemungkinan untuk TPS3R lain di wilayah Jawa Tengah,” kata Nur Salim.

Menanggapi permintaan insenarator yang memiliki kapasitas lebih besar, Dekan FTI UII, Prof Dr Ir Hari Purnomo MT, mengatakan siap memenuhi permintaan. FTI UII akan menggandeng pihak ketiga untuk bisa memproduksi dalam jumlah banyak.

“FTI UII sanggup untuk membuat insenerator yang lebih besar. Kalau ada dananya, kita siap. Satu alat ini membutuhkan dana sebesar Rp 20 juta, kalau empat kali lipat berarti butuh Rp 80 juta. Bagi pemerintah uang sebanyak itu kecil. Apalagi manfaatnya bisa lebih besar,” kata Hari Purnomo.

Dari kanan ke kiri : Hari Purnomo, Nur Salim dan Cholila Tamzysi. (foto : heri purwata)

Dijelaskan Hari Purnomo, insenerator ramah lingkungan ini diinisiasi Program Studi (Prodi) Teknik Kimia. Namun ke depan akan melibatkan lima Prodi yaitu Teknik Industri, Teknik Mesin, Informatika, Teknik Elektro dan Rekayasa Tekstil. 

“FTI UII berinisiatif bekerjasama dengan pemerintah Desa Ngablak Kabupaten Magelang mengembangkan Insenerator Ramah Lingkungan, sebagai wujud dari Catur Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Dakwah Islamiyah,” kata Hari Purnomo.

Cara kerja TPS3R, jelas Hari Purnomo, sampah organik diproses menjadi pupuk kompos dan sebagian diolah dengan teknologi maggot sebagai bahan pakan ternak. Sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan ulang dikumpulkan untuk dijual kepada pengepul, sedangkan sampah residu yang terdiri dari plastik tidak layak jual dan popok dikirim ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. 

Data sampah residu tahun 2021 menunjukkan penumpukan sampah akibat tidak adanya teknologi pengolahan jenis sampah tersebut. Di sisi lain, pihak pengelola desa sendiri menghabiskan kurang lebih Rp 1.000.000, setiap bulan untuk biaya transportasi dari desa ke kota. 

“Namun sejak kehadiran insenerator ramah lingkungan, TPS3R Girirejo tidak lagi melakukan pengiriman sampah residu ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang. Sampah residu sudah bisa dilenyapkan dengan insenerator kreasi FTI UII,” kata Hari. (*)