Nyadran atau Sadranan merupakan tradisi ziarah secara berkelompok yang sering diselenggarakan elemen masyarakat di Jawa, secara turun temurun, pada bulan Sya’ban atau sering disebut bulan Ruwah. Nyadran identik dengan tradisi kearifan lokal menjelang Ramadhan. Salah satu yang rutin menyelenggarakan Nyadran adalah Paguyuban Ahli Waris Makam Gunung Wiyu (PAWMGW) Kalimenur, Desa Sukoreno, Kabupaten Kulonprogo. Pada bulan Sya’ban tahun Hijriyah 1444, atau bertepatan tahun 2023 Masehi, PAWMGW menyelenggaran Nyadran pada Minggu, 12 Maret 2023 di halaman Makam Gunung Wiyu, dihadiri lebih 120 orang dari berbagai kota yang merupakan ahli waris.
Nyadran Makam Gunung Wiyu, dihadiri oleh Lurah Sukoreno, Dukuh Kalimenur, Ketua Paguyuban, dan ratusan ahli waris. Dalam sambutannya Olan Surparlan, S.Sos, Lurah Sukoreno menyambut baik upaya menjaga tradisi Nyadran.
“Terimakasih kepada segenap ahli waris Makam Gunung Wiyu dari berbagai daerah yang berkenan hadir, untuk acara Nyadran hari ini. Tradisi yang perlu dilestarikan, sebagai kearifan lokal. Saya juga mendukung ada niatan perluasan makam, seiring peningkatan kebutuhan untuk masyarakat dusun Sukoreno dan sekitarnya untuk pemakaman,” kata Olan yang hadir dengan busana batik.
Ketua PAWMGW, Pairan mempertegas penyelenggaraan Nyadran murni tradisi, tidak berbenturan dengan agama manapun, karena niat awalnya untuk menjaga sulaturahim dan komunikasi ahli waris.
“Nyadran diselenggarakan secara rutin di Makam Gunung Wiyu diikuti semua agama, sebagai upaya untuk terus menjaga silaturahmi dan komunikasi, karena ahli waris sudah tersebar di berbagai daerah. Nyadran kali ini juga dihadiri dari ahli waris dari Jakarta, Ponorogo dan daerah lainnya, tentu terbanyak dari lokal Yogya,” kata Pairan.
Selepas sambutan dan pertanggungjawaban kepengurusan di masa kepemimpinan Pairan, acara dilanjutkan dengan serah terima kepengurusan PAWMGW. Kepengurusan lama, yang dipimpin Pairan, diserahterimakan kepada ketua yang baru, Sukirdi dari dusun Kalimenur, Kulonprogo. Dalam sambutan perdanaya selepas terpilih menjadi ketua, Sukirdi menyampaikan terimakasih kepada para ahli waris makam Gunung Wiyu.
”Dengan ini saya mengucapkan banyak terimakasih atas sumbangan pemeliharan dan perbaikan bangunan sarana makam, senilai 4 juta 600 ribu rupiah,” ungkap Sukirdi sehabis penandatanganan berkas serah terima kepengurusan, di depan ratusan peserta Nyadran.
Sukirdi menambahkan, rencana jangka pendek adalah perluasan area balai makam, pemanfaatan tanah wakaf dari salah satu ahli waris yang tergabung di PAWMGW.
“Tanah wakaf yang difungsikan sebagai perluasan tanah makam, awalnya milik eyang kami Almarhum Mangunpawiro. Kemudian ada tambahan perluasan fungsi tanah kurang lebih 400m persegi, berada di samping makam yang sudah ada saat ini, untuk balai makam, merupakan tanah wakaf dari Almarhum R. Prayogo. Rencananya tahun ini akan direalisasikan program lanjutan,” jelas Sardono, cucu dari Almarhum Eyang Mangunpawiro.
Realiasi perluasan makam menjadi program swadaya PAWMGW.
”Cepat atau lambatnya perluasan makam, juga bergantung dari kontribusi ahli waris, dalam rangka pembiayaan ahli fungsi tanahnya,” jelas Sukirdi menutup sesi seremonial pada acara Nyadran. (ipan)