YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dosen Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), Dr Daru Sugati dan Mutiasari Kurnia Devi, serta Dr Nani Ratnaningsih STP, MP dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mendampingi perajin geblek Kabupaten Kulonprogo. Pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas geblek dan menjadi produk unggulan Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Demikian diungkapkan Daru Sugati kepada wartawan jogpaper.net di Wates, Kulonprogo, Selasa (17/9/2019). Pendampingan dilakukan terhadap perajin geblek, Patimurni Andani yang berada di Klepu, Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo.
Lebih lanjut Daru menjelaskan geblek merupakan makanan tradisional dari pati singkong basah dan kini menjadi ikon Kabupaten Kulonprogo. Ciri khas geblek, warna putih, bentuk seperti angka delapan, rasa gurih, dan tekstur kenyal.
“Pembuatan geblek melalui proses pemanasan dan pendinginan diduga menyebabkan pembentukan pati resisten/resistant starch (RS) yang bermanfaat untuk kesehatan,” kata Daru.
Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM) geblek, kata Daru, meliputi aspek produksi, produk, pemasaran, manajemen usaha, sarana, dan sumber daya manusia (SDM). Permasalahan yang dihadapi, cara memproduksi pati masih konvensional. Di antaranya, mesin pemarut singkong dan penyaring pati singkong, keterbatasan proses pemasakan dan pencampuran adonan, kuantitas bentuk rendah dan tidak konsisten karena manual, dan higiene sanitasi produksi belum sesuai standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Selain itu, kata Daru, permasalahan produk yaitu varian produk geblek terbatas, labeling kemasan belum sesuai standar BPOM, brand image produk sangat lemah, dan belum memperoleh izin BPOM sebagai frozen foods. Kemudian permasalahan pemasaran branding produk lemah, belum ada informasi kandungan gizi dan cara penyajian, belum diketahui keunggulan geblek, jaringan distribusi dan promosi masih terbatas.
Permasalahan manajeman usaha yaitu perizinan dari BPOM, Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT), dan halal belum semua diperoleh. Permasalahan sarana line production dan penanganan limbah belum sesuai standar BPOM. Permasalahan SDM yaitu terbatasnya pemahaman diversifikasi produk, higiene sanitasi jasa boga, pembukuan keuangan, dan HKI (Hak Kekayaan Intelektual).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ketiga dosen melakukan pendampingan selama tiga tahun dalam Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Tema program yang diusung Healthy Geblek: Camilan Sehat Kekinian dari Kulonprogo. Mereka akan memperbaiki pertama, aspek produksi yang meliputi peningkatan kapasitas produksi pati singkong dengan mesin pemarut terintegrasi, peningkatan kapasitas produksi geblek dengan autoclave dan mesin pencetak geblek.
Kedua, aspek produk melakukan penambahan varian geblek kekinian, geblek herbal, dan geblek diet, pengujian komposisi gizi dan masa simpan geblek. Ketiga, aspek manajemen meliputi pelatihan dan pendampinganmanajemen usaha.
Keempat, aspek pemasaran meliputi perbaikan label dan kemasan standar BPOM dan membangun brand image geblek sebagai functional food. Kelima, aspek sarana meliputi pembuatan disain rumah produksi geblek standar BPOM. Keenam aspek SDM meliputi pelatihan diversifikasi produk, higiene sanitasijasa boga, dan HKI.
Metode pelaksanaannya, kata Daru, meliputi pembuatan mesin pemarut dan penyaring pati singkong terintegrasi; pengujian kandungan gizi dan masa kadaluarsa produk; formulasi geblek kekinian (keju, rendang, balado); formulasi geblek diet dan geblek herbal (geblek kaya RS, geblek kelor, geblekjahe). Selain itu, akan dilakukan pelatihan manajemen usaha; pembuatan disain label dan kemasan; pendampingan pemasaran; FGD dengan pemda; perencanaan rumah produksi; dan pelatihan cara pengolahan pangan yang baik.