YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta menggelar lomba menghias tumpeng antar fakultas pada Dies Natalis ke 39, Senin (4/10/2021). Keluar sebagai juara pertama Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek), juara kedua, Tim Rektorat, dan juara tiga Fakultas Hukum.
Dijelaskan Prof Dr Ambar Rukminin, salah satu juri lomba yang juga dosen Program Studi Teknologi Pangan dan Dekan Saintek UWM, tumpengan merupakan tradisi rasa syukur. Tumpeng yang berbentuk kerucut dengan berbagai lauk merupakan akronim Jawa yaitu yen metu kudu sing mempeng. Artinya, kalau keluar harus dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat.
Lebih lanjut Ambar Rukmini menjelaskan makna tumpeng menggambarkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan kepada sesama manusia. Tumpeng tidak boleh dipotong karena sesuai filosofi bagian atas tumpeng menggambarkan representasi hubungan permohonan antara manusia dan Tuhan. “Dengan memotong tumpeng, berarti memotong permohonan doa manusia kepada Tuhan,” kata Ambar Rukmini.
Karena itu, cara memakan tumpeng dilakukan secara bersama-sama mulai dari bawah. Hingga akhirnya puncak tumpeng menjadi satu bagian dasarnya. “Cara ini memiliki filosofi ‘Manunggaling kawulo lan Gusti’ atau ‘Sang pencipta tempat kembali semua makhluk,’ jelas Ambar Rukmini.
Sementara Rektor UWM, Prof Dr Edy Suandi Hamid mengatakan UWM yang memiliki tagline kampus berbasis budaya sudah selayaknya menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal. Hal ini merupakan bentuk upaya ikut berperan dalam menjaga melestarikan warisan budaya.
Sehingga tidak salah jika pada Dies Natalis ke 39, UWM mengangkat tema ‘Hamemayu Hayuning Widya Mataram dalam Membangun Budaya dan Karakter Bangsa.’ Artinya Universitas Widya Mataram memiliki peran dalam melindungi dan mengedukasi masyarakat serta kedepannya diharapkan UWM dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Menurut Edy, perlombaan dan pembagian nasi tumpeng bermakna sebagai simbol mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perjalanan yang telah dilewati Universitas Widya Mataram selama 39-tahun. “Universitas Widya Mataram yang telah mencapai usia 39 tahun harus disertai dengan keyakinan dan spirit untuk kedepan terus bekerja keras, bergandengan tangan, saling membantu untuk membesarkan Universitas Widya Mataram,” kata Edy.
Lebih lanjut Edy menjelaskan tumpeng selalu disertai dengan tujuh (pitu, Bahasa Jawa) macam lauk. Angka pitu memiliki makna pitulungan atau pertolongan. Karena itu, Edy mengajak seluruh civitas akademika saling membantu dalam kondisi apapun agar tercipta kesejahteraan dan kemaslahatan bersama.