UWM Gelar Kuliah Umum Ulas Perang Dagang Global dan Komunikasi Politik

Prof Dr Lely Arrianie, MSi saat menyampaikan Kuliah Umum di UWM Yogyakarta, Rabu (30/4/2025)/ (foto : istimewa)
Prof Dr Lely Arrianie, MSi saat menyampaikan Kuliah Umum di UWM Yogyakarta, Rabu (30/4/2025)/ (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Komunikasi politik merupakan setiap penyampaian pesan yang disusun secara sengaja untuk mendapatkan pengaruh atas penyebaran atau penggunaan power di dalam masyarakat. Komunikasi politik mengandung 4 bentuk komunikasi yaitu elite communication, hegemonic communication, petitionary communication, associational communication.

Hal ini disampaikan Prof Dr Lely Arrianie, MSi, Guru Besar Komunikasi Politik LSPR Institute Communication and Business pada Kuliah Umum Interaktif di Ruang Auditorium Gedung Piwulangan Kampus Terpadu Universitas Widya Mataram (UWM) Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY, Rabu (30/4/2025).

Bacaan Lainnya

Kuliah Umum ini mengangkat tema ‘Perang Dagang Global dan Peran Komunikasi Politik.’ Kuliah Umum dihadiri Rektor UWM, Prof Dr Edy Suandi Hamid, MEc, para Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, dan Ketua Program Studi (Kaprodi). Serta diikuti lebih dari 100 mahasiswa UWM.

Lebih lanjut, Lely menyebutkan komunikasi politik memiliki beberapa prinsip. Di antaranya, setiap perilaku memiliki komunikasi, kemudian komunikasi memiliki dimensi isi dan hubungan, serta komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.

“Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, melibatkan prediksi peserta komunikasi, bersifat sistemik, dan semakin mirip latar belakang sosial budaya maka semakin efektif komunikasi,” kata Lely Arrianie.

Komunikasi politik, tambah Lely, bersifat nonkonsekuensial, prosesual, dinamis, dan transaksional, serta bersifat irreversible. “Komunikasi politik bukan tentang bahasa politik saja. Tetapi dilihat dari substansi informasi yang dihadirkan, setting di mana informasi yang disebarkan, dan fungsi yang dijalankan,” kata Lely Arrianie.

Sementara Edy Suandi Hamid dalam keynote speechnya mengungkapkan saat ini belum terjadi perang tarif global. Misalnya, intra ASEAN, terjadi saling meningkatkan tarif bea masuknya. Bahkan kerja sama yang ada cenderung untuk saling menurunkan dang menghapuskan tarif bea masuknya untuk produk ASEAN. “Skim ASEAN Economic Community, justru mengarahkan bukan saja sekedar meminimalkan tarif bea masuk, namun mengarahkan mengintegrasikan ekonomi ASEAN ini,” kata Edy Suandi Hamid.

Menurut Edy, Indonesia memiliki peluang yang cukup luas untuk memasarkan barang dan jasa. Indonesia yang memiliki penduduk yang lebih 275 juta selalu dilirik produsen luar negeri. “Untuk itu, pemain-pemain lokal sebaiknya juga menggarap serius pasar lokal ini. Bagaimana misalnya tekstil dan juga produk-produk alas kaki, misalnya, kita memanfaatkan pasar lokal yang sangat besar,” harap Edy yang juga pakar ekonomi ini. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *