Rektor UM Magelang : Smartphone Menggeser Budaya Literasi

Seminar dan workshop Optimalisasi Gerakan Literasi Sekolah di Kampus UM Magelang, Rabu (20/12/2017). (foto : istimewa)

MAGELANG — Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang, Ir Eko Muh Widodo, MT merasa prihatin budaya literasi siswa dan mahasiswa telah digeser keberadaan smartphone. Ia menguatirkan bila hal ini tidak dihambat akan menghilangkan budaya baca di kalangan siswa dan mahasiswa.

“Presentase budaya baca mereka jauh lebih kecil dibandingkan presentase budaya smartphone,” kata Eko kepada wartawan sebelum membuka seminar dan workshop Optimalisasi Gerakan Literasi Sekolah di Aula Fakultas Kesehatan (Fikes) kampus 2 UM Magelang, Rabu (20/12/2017)

Bacaan Lainnya

Eko mengapresiasi seminar dan workshop yang digelar Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan UM Magelang dan Asosiasi Tenaga Perpustakaan sekolah Indonesia (ATPUSI) Kota Magelang. Eko berharap acara ini dapat meningkatkan wawasan peserta tentang pentingnya budaya literasi serta dapat menumbuhkan budaya menulis.

Sedang Zamzanah Wahyu Widayati, Kepala UPT Perpustakaan UM Magelang mengungkapkan seminar dan workshop ini diikuti 100 pustakawan yang berasal dari Kota/Kabupaten Magelang, Sleman, Wonosobo dan Temanggung. Kegiatan bertema ‘Implementasi Literasi Informasi dan Budaya Gemar Menulis di Sekolah’ menghadirkan tiga narasumber yaitu Dr Hj Sri Rohiyanti Zulaikha , SAg, SIP, MSi(UIN Sunan Kalijaga), Anna Nurhayati, SI PUST (Pustakawan SD Muhammadiyah Sapen), dan Moh Mursyid, SIP, MA (Pemilik Azyan Mitra Media Publishing).

Sri Rohiyanti Zulaikha, dosen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga membahas tentang literasi informasi untuk mewujudkan sekolah yang unggul dan berprestasi. “Dalam mewujudkan tujuan sekolah, ada beberapa hal yang harus diperbaiki, yaitu tentang perpustakaan sekolah, literasi informasi dan program literasi informasi-best practice,” kata Sri.

Anna Nurhayati mengatakan gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan upaya untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Anna juga menjelaskan pelaksanaan literasi sekolah dapat dilakukan dengan tiga tahap.

“Pertama, penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca sebagaimana telah diatur dalam Permendikbud 23 tahun 2015. Kedua, meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan. Ketiga, meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran dengan mengggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran,” kata Anna.

Sementara Moh Mursyid membahas materi tentang kepenulisan. Ia mengatakan menulis merupakan risalah agama. Menurutnya, menulis merupakan ajang menambah dan menyebarkan ilmu, pengembangan karir, mengabadikan moment, serta popularitas.

Selain itu menulis juga dapat menyehatkan pikiran dan yang paling penting yaitu dapat mendatangkan uang. “Menulis tidak perlu menunggu mood karena mood itu diciptakan bukan ditunggu. Jadi, mulailah menulis dari sekarang,” ajak Mursyid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *