Sistem Tanam Polikultur Menguntungkan Petani

Ganjar Pranowo saat menjadi pembicara kunci pada Webinar Polikultur yang diselenggarakan UM Magelang, Sabtu (4/7/2020). (foto : screemshot)

MAGELANG, JOGPAPER.NET — Sistem tanam polikultur memberi keuntungan bagi petani yang memiliki lahan sempit. Selain itu, sistem tanam polikultur juga dapat mendukung terciptanya ketahanan pangan.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungkapkan hal tersebut saat menjadi pembicara kunci pada Webinar dengan tema ‘Mewujudkan Ketahanan Pangan melalui Konsep Pertanian Polikultur’ Sabtu (4/7/2020). Webinar ini diselenggarakan Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang bekerjasama dengan Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI).

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Ganjar mengatakan keunggulan Sistem Polikultur lainnya adalah pemanfaatan lahan lebih efektif dan maksimal; mengurangi serangan hama; menjaga kesuburan tanah; dan panen beragam. “Karena lahan yang semakin berkurang sehingga dilakukan penanaman komoditas pertanian secara berdampingan,” kata Ganjar.

Tanaman yang bervariasi, kata Ganjar, dapat mengurangi serangan hama. Sebagai contoh, bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis. Sebab bawang daun dapat mengeluarkan bau allicin yang tidak disukai hama kubis.

Ganjar mencontohkan sistem tanam Polikultur yaitu tumpang sari, tumpang gilir, tanaman bersisipan, tanaman campuran, dan tanaman bergiliran. Polikultur juga dapat diterapkan di perumahan-perumahan.

Sedang Rektor UM Magelang, Dr Suliswiyadi, MAg mengatakan negara-negara lain sudah mulai mengurangi ekspor pangan ke Indonesia. Sehingga ke depan diprediksikan Indonesia akan kekurangan pangan apabila tidak segara menggerakan petani untuk bertanam pangan.

UM Magelang, kata Suliswiyadi, telah mendampingi petani tembakau untuk melakukan diversifikasi tanaman komoditi pangan. Di antaranya, petani tembakau di Windusari dan Tlahap, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Petani tembakau di dua desa tersebut telah melakukan tanam tumpang sari antara kopi dan ubi jalar.

Bahkan UM Magelang siap untuk mendidik mahasiswa yang ingin menggeluti profesi sebagai petani. “UM Magelang siap membuka sekolah vokasi pertanian, bukan ilmu pertanian,” katanya.

Sementara Istanto, petani dari Windusari Temanggung mengatakan sudah banyak petani tembakau yang beralih ke tanaman pangan. Hal ini disebabkan tanaman tembakau sudah tidak menguntungkan lagi. Sehingga mereka sudah beralih dengan pola tanam padi, ubi, ubi.

Ubi jalar ditanam pada daerah dengan ketinggian 400-700 meter di atas permukaan laut. Jenis ubi yang ditanam unggu dan manohara. Mereka sudah merasakan keuntungan dengan ubi jalar.

Sedang lahan pada ketinggian 800-1.000 meter di atas permukaan laut ditanami sayur-sayuran. Lahan 1010 -1.400 meter di atas permukaan laut ditanami bawang putih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *