Generasi Muda Islam Harus Bermafaat Bagi Masyarakat

Muhammad Yuanda Zara saat menyampaikan kuliah kepada mahasiswa FMIPA UII Yogyakarta, Sabtu (3/11/2018). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dalam perjalanan sejarah Indonesia, Islam tidak hanya fokus pada ritual atau ibadah, tetapi juga memiliki kepedulian untuk kemajuan ilmu pengetahuan, bidang politik, demokrasi, dan lain-lain. Karena itu, mahasiswa Islam ke depan harus bisa berkontribusi kepada masyarakat.

Demikian Muhammad Yuanda Zara PhD, Dosen Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ketika memberikan kuliah tamu pada mahasiswa Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta, Sabtu (3/11/2018). Kuliah tamu yang dimoderatori Shubhi Mahmashony Harimurty MA mengangkat tema ‘Peran Umat Islam dalam Kemerdekaan Indonesia.’

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Yuanda menjelaskan generasi muda Islam tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga memikirkan elemen-elemen Islam. Islam merupakan elemen, sedangkan umat Islam sebagai motor penggeraknya. “Elemen Islam akan membawa kemajuan dan kemaslahatan yang dirasakan tidak hanya masyarakat Muslim, tetapi juga masyarakat non Muslim,” kata Yuanda.

Mahasiswa FMIPA UII duduk lesehan mendengarkan kuliah dosen tamu, Muhammad Yuanda Zara di Kampus UII, Sabtu (3/11/2018). (foto : heri purwata)

Menurut Yuanda, dalam proses menuju kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Islam memiliki peranan penting dalam politik kenegaraan. Di antaranya, akomodasi Islam dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar (UUD) 1945, pembentukan Kementerian Agama, tokoh Islam di dalam pemerintahan, dan perayaan hari besar Islam.

Kemudian pada tahun 1946, umat Islam memberikan bantuan beras kepada India yang sedang dilanda kelaparan. Meskipun Indonesia baru saja merdeka, namun umat Islam memiliki kepedulian terhadap sesama.

“Hal ini dilandasi panen padi sebagai wujud karunia Illahi. Orang Indonesia sebagai Kaum Anshor, dan India sebagai Kaum Muhajirin. Mereka mengutamakan orang lain, walaupun mereka sendiri dalam kekurangan. Ini sebagai wujud pengamalan Surat Al Hasyr ayat 9,” tandas Yuanda.

Selain itu, kaum Muslim di masa awal kemerdekaan juga berani membuat terobosan bagi kemajuan generasi muda. Di antaranya,Muhammadiyah mendirikan Sekolah Menengah Islam di Blitar tahun 1946. Sekolah Tinggi Islam (STI) di Yogyakarta tanggal 10 April 1946. “Sekolah Tinggi Islam ini kemudian bertransformasi menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) 14 Desember 1947 dan menjadi universitas pertama di Indonesia,” jelas Yuanda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *