Dosen Butuh Tim Teknologi Informasi untuk Menyiapkan Bahan Ajar e-Learning

Tri Suwarno
Tri Suwarno saat memberikan keterangan kepada wartawan secara virtual, Kamis (22/12/2022). (screenshotzoom/heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dosen yang memiliki waktu terbatas dalam menyiapkan bahan ajar membutuhkan Tim Teknologi Informasi untuk mempersiapkan materi kuliah e-learning bagi mahasiswa. Kehadiran Tim Teknologi Informasi ini untuk membantu dalam pembuatan video, penayangan materi kuliah, mengatur durasi materi e-learning sehingga kuliah secara virtual bisa berjalan efektif.

Demikian hasil penelitian Tri Suwarno, S Kom, M Kom, Mahasiswa Program Studi Magister Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII). Tri Suwarno melakukan penelitian tentang Evaluasi Sistem e-Learning Menggunakan Model Human, Organization, And Technology–Fit (HOT–FIT): Studi Kasus Program Online Course Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Wilayah IV di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

Bacaan Lainnya

Tri Suwarno menjelaskan dosen-dosen di Fakultas Kedokteran UII adalah dokter yang masih praktek. Sehingga mereka tidak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan bahan ajar.

“Selama ini, materi kuliah e-learning hasil rekaman dosen mengajar selama dua jam. Namun berdasarkan hasil penelitian banyak mahasiswa yang mengeluhkan jika materi kuliah e-learning tersebut terlalu panjang dan membosankan,” kata Tri Suwarno kepada wartawan secara virtual Kamis (22/12/2022).

Dalam menyampaikan keterangan pers, Tri Suwarno didampingi Irving Vitra Paputungan, ST, MSc, PhD, Ketua Program Studi Informatika Program Magister FTI UII, dan Dr R Teduh Dirgahayu, ST, MSc, Dosen Pembimbing yang juga Ketua Jurusan Informatika FTI UII.

Lebih lanjut Tri Suwarno mengatakan penelitiannya bertujuan untuk mengevaluasi sistem informasi e-learning di FK UII menggunakan metode HOT-Fit. Penelitian ini juga dimaksudkan dapat memberikan rekomendasi agar e-learning memiliki manfaat lebih.

“Penelitian kuantitatif desain cross sectional untuk mengukur variabel penelitian model HOT-Fit yaitu, Human (System use, user satisfaction), Organization (Structure, environment), Technology (System quality, information quality, service quality), dan Net benefits,” kata Tri Suwarno.

Sampel penelitian, tambah Tri Suwarno, mahasiswa peserta e-learning di FK UII sebanyak 124 orang yang diambil secara purposive sampling. Analisis data dilakukan secara regresi. “Pengujian hipotesis didapatkan hasil bahwa terdapat 11 hipotesis yang diterima dan enam hipotesis yang ditolak,” katanya.

Menurut Tri Suwarno, penelitian ini dapat disimpulkan implementasi e-learning masih diperlukan inovasi untuk mencapai manfaat lebih bagi mahasiswa. Selain itu, inovasi juga diperlukan untuk meningkatkan kepuasan peserta didik (human), serta dukungan organisasi dan teknologi yang memadai.

Sementara Teduh Dirgahayu menambahkan apa yang telah dirancang dosen dalam menyampaikan materi e-learning belum tentu dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa. Sehingga ini pentingnya, suatu organisasi mengimplementasikan sistem teknologi informasi entah itu dikembangkan sendiri, membeli, atau open sources.

“Jangan sampai upaya yang telah dilakukan dan beaya yang besar tidak memberi dampak positif pada organisasi. Karena itu, organisasi perlu melakukan evaluasi penggunaan teknologi informasi secara berkala. Agar sistem teknologi informasi yang digunakan bisa memberikan manfaat secara optimal,” kata Teduh. (*)