Aktivis Mahasiswa Pembuka Peluang Jadi Pemimpin Besar

Prof Edy Suandi Hamid melantik BEM UWM, Kamis (23/12/2021). (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Prof Dr Edy Suandi Hamid mengaku jiwa kemahasiswaan masih terus melekat dalam benaknya. Bahkan hingga detik ini Edy Suandi Hamid masih merasa sebagai aktivis mahasiswa.

Edy Suandi Hamid mengemukakan hal itu pada pelantikan Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UWM periode 2021-2022 di Yogyakarta, Kamis (23/12/2021). Saat pelantikan Rektor UWM didampingi Wakil Rektor III, Puji Qomariyah, SSos, MSi.

Bacaan Lainnya

“Saya aktivis mahasiswa dan menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1983. Sampai detik ini (jiwa) saya masih seorang aktivis. Darah saya tetap aktivis,” kata Edy.

Karena itu, Edy selalu bersemangat ketika diminta bicara di depan aktivis mahasiswa. Edy selalu mengalokasikan waktu untuk datang untuk kegiatan mahasiswa. Menurutnya, aktivis atau pemimpin organisasi kampus merupakan modal menjadi pemimpin besar masa depan.

“Saya ini tidak pernah lulus nilai tertinggi (cum laude), tetapi saya memimpin orang-orang hebat, yang lulus dengan nilai tertingi (cumlaude). Itu karena saya aktivis mahasiswa,” katanya.

Ketika menjadi Tektor Universitas Islam Indonesia (2006-2010 dan 2010-2014), memimpin sekitar 1000an dosen alumni dari seluruh perguruan tinggi di dunia. “Mereka lulus cumlaude menjadi anak buah saya yang lulus tidak cumlaude. Itu terjadi karena pengalaman saya sebagai aktivis mahasiswa yang pernah saya jalankan selama masa kuliah,” ujar dia.

Agar aktivis menjadi pemimpin masa depan, kata Edy, jangan sekedar bangga berlabel pengurus organisasi kemahasiswaan. Tetapi harus dapat bersikap dan etika nilai-nilai sebagai pemimpin organisasi perlu dihayati. Misalnya sikap disiplin. Aktivis mahasiswa itu bukan bebas apa saja dan tidak disiplin waktu.

Namun untuk mencapai pucuk pimpinan ada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Berkarir dari level rendah sampai tinggi sesuai proses yang berlaku di instansi tempat berkarir.

“Awalnya karier saya sebagai dosen, itu saya jalani dari bawah. Saya menunjukkan gagasan-gagasan saya, lalu orang melihat bagaimana kualitas saya memimpin. Kemudian pimpinan kampus mulai memilih saya menjadi kepala lembaga, naik lagi menjadi ketua program studi, dekan, sampai akhirnya menjadi rektor,” katanya.

Selain menjadi Rektor UII, Edy juga menjadi Ketua Forum Rektor Indonesia (2008-2009). Jabatan ini sebelumnya dipimpin para rektor perguruan tinggi negeri (PTN) seperti rektor ITB, UGM. Edy juga menjadi Ketua ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) tahun 2009-2018, dan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) tahun 2011-2015.

“Jabatan itu semua berasal dari modal saya menjadi aktivis mahasiswa. Maka saya pesan kepada para aktivis mahasiswa, kamu adalah pemimpin. Jadilah aktivis yang baik, pemimpin mahasiswa yang baik karena kalian calon pemimpin masa depan,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *