Tiga Dosen UII Berdayakan Keluarga ODS

Keluarga dan kader ODS mendapat pelatihan memasak di Balai Desa Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (18/9/2019). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Tiga dosen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, lintas disiplin ilmu melakukan pengabdian masyarakat di Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka adalah Yosi Febrianti MSc, Apt dari Prodi Farmasi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA); dr Novyan Lusiyana, M.Sc. dari Fakultas Kedokteran (FK); dan Abdur Rafik SE, MSc dari Fakultas Ekonomi (FE).

Dijelaskan Yosi, pengabdian masyarakat yang menekan pada pendampingan bagi keluarga yang memiliki ODS (Orang Dengan Skizofrenia) telah dilaksanakan sejak bulan Juli 2019. Rangkaian kegiatannya meliputi penyuluhan, pelatihan, dan pemberian peralatan untuk usaha masak bagi keluarga yang memiliki ODS.

Bacaan Lainnya

ODS merupakan salah satu bagian dari ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). “Penyuluhan juga dilakukan terhadap masyarakat agar mereka tidak mengucilkan warga yang sudah sembuh dari gangguan jiwa. Kami juga membentuk Kader Siaga Sehat Jiwa di desa yang berfungsi mensosialisasikan bagaimana seharusnya memperlakukan ODGJ.” kata Yosi di Balai Desa Sindumartani, Rabu (18/9/2019).

Lebih lanjut Yosi menjelaskan, pengabdian masyarakat ini mendapat dana hibah dari Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Sedang pelibatan dosen multi disiplin ilmu ini diharapkan bisa memberikan solusi yang lebih komprehensif terhadap permasalahan yang selama ini sering dialami oleh ODGJ.

“ODGJ itu umumnya terkucilkan karena masih ada stigma negatif dari masyarakat. Padahal salah satu terapi ODGJ itu dilakukan dengan memperkuat kognisi sosial. Jika mereka terkucilkan secara sosial, kognisi sosial mereka malah bisa melemah yang pada gilirannya akan berpotensi meningkatkan kekambuhan,” Yosi menambahkan

Pada Bulan Juli, kata Yosi, penyuluhan, pelatihan kewirausahaan dan memasak ditujukan kepada keluarga yang memiliki Orang Dengan Skizofrenia (ODS). Pelatihan memasak dilakukan dua kali, pelatihan pertama adalah pelatihan pembuatan bakso. Sedang Bulan September 2019, dilakukan pelatihan pembuatan gorengan dan penyuluhan ditujukan kepada kader ODGJ di wilayah SIndumartani.

“Bantuan peralatan memasak ini dimaksudkan agar keluarga ODGJ dapat membuka usaha. Diharapkan ODGJ mendapat kesibukan dan terlibat dalam usaha tersebut sehingga tidak kambuh lagi,” tandas Yosi.

Rafik menambahkan keluarga ODS juga diberi pelatihan untuk berwirausaha. Keluarga diminta untuk melibatkan anggotanya yang mengalami gangguan jiwa agar memiliki kesibukan. “Pelatihan kewirausahaan bertujuan agar ODGJ dapat memiliki keterampilan berwirausaha. Sehingga mereka dapat meningkatkan kemandirian secara ekonomi dan sosial bagi para ODGJ,” kata Rafik.

Novyan Lusiyana saat memberi penyuluhan kepada kader ODGJ di Balai Desa Sindumartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (18/9/2019). (foto : heri purwata)

Sedang Lusiyana mengatakan berdasarkan data tahun 2013 dan 2018, DIY menempati urutan kedua setelah Bali, dalam hal jumlah anggota rumah tangga yang mengalami gangguan jiwa Skizofrenia. “Penyakit gangguan jiwa dapat dicegah dan disembuhkan jika berobat serta rutin minum obat. Selain itu, dukungan keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitarnya harus juga kuat. ODGJ itu kan umummya mengalami kesulitan dalam berinteraksi ke lingkungan sekitar. Karenanya, lingkungan sekitar jangan sampai malah mengisolir,” kata Lusiyana.

Lusiyana mencontohkan beberapa kasus dimana ODGJ yang dinyatakan sudah dapat kembali kepada keluarga dan masyarakat. Namun, masyarakat sekitar malah menolak. Penolakan masyarakat tersebut, kata Lusiyana, justru menghambat proses adaptasi ODGJ di masyarakat.

Karena itu, Lusiyana mengharapkan kepada Kader Siaga Sehat Jiwa yang telah dibentuk untuk dapat membantu menyadarkan keluarga dan masyarakat agar tidak mengucilkan ODGJ. “Konsep kesehatan jiwa saat ini dilaksanakan berbasis masyarakat. Pelayanan bisa berbentuk preventif, promotif, edukatif, kuratif, dan rehabilitatif. Dengan tetap mempertahankan HAM (hak azasi manusia), sehingga jika dahulu ODGJ hanya mendapat santunan, akan tetapi saat ini ODGJ juga dapat diberdayakan,” jelas Lusiyana.

Saat ini, telah ada Desa Siaga Jiwa (DSJ) yang merupakan alternatif upaya untuk menjaga kesehatan jiwa warganya. DSJ adalah desa yang masyarakatnya sadar, mau dan mampu melakukan upaya dalam menjaga kesehatan jiwa.

Dikutip dari beberapa sumber jika tujuan pembentukan DSJ adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan jiwa, meningkatkan kemampuan masyarakat desa untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan jiwa. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat desa akan resiko dan bahaya kesehatan jiwa. Meningkatkan dukungan dan peran aktif stakeholders. Serta meningkatkan partisipasi masyarakat desa untuk melaksanakan perilaku sehat jiwa.

“Sehingga yang sehat tetap sehat. Orang yang beresiko mengalami gangguan jiwa terhindar gangguan jiwa. Sedang orang yang mengalami gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tepat,” kata Lusiyana.

Penulis : Heri Purwata

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *