YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meletakan batu pertama pembangunan Kampus Baru Universitas Widya Mataram (UWM) di Jalan Tatabumi Selatan, Banyuraden, Gamping, Sleman, Ahad (5/9/2021). Kampus baru UWM akan menempati tanah seluas 26.209 meter persegi dan dibangun dalam dua tahap.
Peletakan batu pertama dihadiri Prof Dr Moh Mahfud MD, Ketua Yayasan Mataram Yogyakarta yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) V Yogyakarta, Prof Dr Didi Ahjari SE, MCom, Akt, CA, serta sejumlah tamu undangan.
Dijelaskan Rektor UWM Yogyakarta, Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc, pembangunan tahap pertama akan membangun Gedung Rektorat, Pendopo, Gerbang Kampus, Area Parkir dan Taman. Gedung Rektorat akan menempati tanah seluas 2.520 meter persegi dengan bangunan tiga lantai dengan 28 ruangan. “Untuk sementara Gedung Rektorat akan digunakan ruang kuliah. Sedang perkantoran masih tetap berada di Mangkubumen,” kata Edy Suandi Hamid.
Pendopo, lanjut Edy, merupakan replika Pendopo Agung yang ada di Kampus Mangkubumen. Pendopo akan menjadi ciri khas UWM dan sebagai pembeda dari kampus-kampus lain di Indonesia.
“Pembeda lainnya, Kampus Baru UWM memiliki gedung Religius Center. Gedung ini dapat digunakan sebagai tempat diskusi dan pengkajian lintas agama, serta sebagai tempat ibadah bagi mahasiswa dari berbagai agama resmi,” kata Edy.
Sedang tahap kedua, kata Edy, akan dibangun Gedung Perkuliahan empat unit, Sporthall, Amphiteater, dan Religius Center. “Pembangunan kampus baru UWM ini menggunakan konsep tumbuh kembang, dengan tahapan sesuai kebutuhan dan daya dukung Yayasan, UWM, pihak-pihak yang memiliki kepedulian pada pembangunan pendidikan dan SDM Tanah Air,” jelas Edy.
Kampus UWM yang berusia 39 tahun ini, lanjut Edy, dalam beberapa tahun terakhir secara akademik cukup menggembirakan. Semua program studi (Prodi) sudah terakreditasi sangat baik (B), kecuali Prodi baru dan belum ada lulusannya terakreditasi Baik. Akreditasi institusi juga sudah sangat baik (B).
“Jumlah mahasiswa relatif stabil dan masa pandemi Covid-19 persentase mahasiswa baru juga di atas rata-rata PTS (perguruan tinggi swasta) di lingkungan LLDikti wilayah V. Bahkan berdasarkan survei APTISI dan LLDikti V, UWM masuk peringkat 9/10 besar dari 100 PTS,” tambahnya.
Sedang Moh Mahfud MD mengatakan pandemi Covid-19 telah mengubah budaya masyarakat Indonesia dan dunia. UWM merupakan kampus yang berbasis budaya, fisik harus menggambarkan budaya Jawa.
“Tetapi lebih dari itu, sesudah kita mengalami pandemi selama 1,5 tahun ini sekarang sudah muncul ke depan kehidupan kita akan memasuki peradaban dan budaya baru. Besok konon setelah menjadi endemi, harus kita hadapi dengan cara-cara baru agar bisa menyesuaikan dengan lingkungan,” kata Mahfud.
Sementara Sri Sultan HB X, Ketua Dewan Pembina Yayasan Mataram Yogyakarta mengharapkan pembangunan Kampus Baru UWM ini merupakan aktivitas yang memiliki korelasi untuk meningkatkan kualitas mahasiswa. Tetapi ini juga membangun akuntabilitas kepada publik, baik dalam pertanggunjawaban sebagai lembaga pendidikan maupun dalam kontek bahwa kampus di DIY yang begitu banyak lebih dari 117 kampus di Yogyakarta dengan mahasiswa lebih dari 300 ribu orang.
Keberadaan mahasiswa memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang luar biasa bagi Yogyakarta. Sehingga bagi Pemda DIY lebih memungkinkan UWM memberikan sumbangan untuk kemajuan, tidak hanya untuk DIY, tetapi bangsa Indonesia.
“Saya setuju dengan Pak Mahfud jika peradaban ini akan berubah. Tetapi saat ini kita diperlakukan seperti anak kecil. Kita dulu nak, kamu cuci tangan, gosok gigi, cuci kaki terus bobok. Kita harus kembali ke fondasi dasar untuk membangun peradaban baru. Semoga peradaban baru ini bisa membuat kita hidup lebih nyaman,” kata Sultan HB X.