Rektor : UWM Harus Mampu Bersaing dengan 4.500 Perguruan Tinggi

UWM
Keluarga Besar UWM bersalam-salaman pada Syawalan Idul Fitri 1444 H di Kampus Terpadu. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Prof Dr H Edy Suandi Hamid, MEc menandaskan Universitas Widya Mataram (UWM) harus mampu bersaing dengan 4.500 perguruan tinggi secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, UWM harus meningkatkan mutu dengan akreditasi institusi dan program studi (Prodi). Sedang kuantitatif UWM harus menambah jumlah Prodi baru dan kini sudah mempersiapkan 10 Prodi.

Edy Suandi Hamid mengungkapkan hal tersebut pada Syawalan Keluarga Besar UWM di Pendopo Agung Kampus Terpadu Banyuraden, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (27/4/2023). Syawalan mengangkat tema ‘Spirit Idul Fitri untuk Harmoni Membangun Kemajuan Institusi.’

Bacaan Lainnya

Syawalan dihadiri para wakil rektor, dekan, wakil dekan, Kaprodi serta pejabat struktural lainnya, Yayasan Mataram diwakili Dr Inge Gunawan, Lurah Banyuraden, Sudarisman, ST serta tausyiah diisi Ustadz Drs Imam Mujiono MAg, pensiunan dosen Universitas Islam Indonesia (UII).

Lebih lanjut, Edy yang juga mantan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) ini mengata acara ini merupakan syawalan pertama di Kampus Terpadu UWM. Syawalan merupakan tradisi yang substansinya, bermaaf-maafan.

“Dengan spirit baru, semangat baru kita bangun UWM, kita rubah mindset supaya UWM menjadi kampus yang maju. Di Indonesia terdapat lebih dari 4.500 perguruan tinggi, maka kita harus bersaing secara kualitatif dan kuantitatif,” tandas Edy.

Edy menambahkan secara kualitatif, UWM harus bersaing dari segi mutu yaitu akreditasi. Akreditasi saat ini telah beralih dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) ke Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM).

Sedang bersaing secara kuantitatif, kata Edy, UWM harus menambah prodi baru. Saat ini telah disiapkan 10 prodi baru yang akan segera dibuka dalam waktu dekat. Karena itu, semua civitas akademika harus menjadi pemasar, memperkenalkan UWM kepada masyarakat supaya target jumlah mahasiswa baru tercapai.

“Pemasaran via media sosial (Medsos) dapat dilakukan. Medsos adalah tools, jadi yang harus dicapai adalah bagaimana nantinya banyak mahasiswa yang kuliah di UWM. Semua harus meninggalkan legacy, sehingga ketika nantinya tidak menjabat lagi akan dikenang,” tandas Edy.

Ustadz Imam Mujiono dalam tausyiahnya menyampaikan syawalan merupakan seremonial untuk saling memaafkan dan bukan ritual. Sehingga syawalan tidak ada syarat rukunnya.

Imam yang juga Wakil Ketua Pensiunan dosen UII ini berbagi pengalaman tentang mengelola perguruan tinggi. Imam mengemukakan komunikasi merupakan kunci bagi organisasi yang ingin maju. “Jika memiliki impian kemudian dipikirkan dan dikomunikasikan, maka akan menjadi kenyataan,” kata Imam.

Dijelaskan Imam, dosen dan tenaga kependidikan (Tendik) mempunyai tugas sesuai dengan amanah UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa berupa mengajar dan membantu mahasiswa untuk maju. “Itu akan menjadi amal jariyah dosen dan Tendik yang pahalanya akan mengalir terus sampai hari akhir,” katanya.

Tugas dosen dan Tendik, tambah Imam, membangun mindset mahasiswa agar memiliki kerangka pemikiran positif. Hal ini dapat dibentuk dengan belajar, menambah knowledge, serta melalui pengalaman hidup.

Selanjutnya, bekal tersebut akan menjadi believe (kepercayaan diri) dan pada akhirnya menjadi mindset. “Kampus akan menjadi besar, jika kegiatan mahasiswa didukung dengan fasilitas, terutama dukungan dana untuk kegiatan,” kata Imam. (*)