YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, mengatakan humor dapat meningkatkan kesejahteraan, kreativitas, kepuasan kerja, dan kinerja. Pada sisi individu, humor dapat melawan emosi negatif dan membantu dalam menoleransi kepedihan, selain juga membantu menangkal stres. Sedang dalam kerja tim, humor akan meningkatkan komunikasi kelompok, efektivitas dan kohesi yang mengurangi konflik.
Rektor UII mengemukakan hal tersebut pada Wisuda Doktor, Magister, Sarjana, dan Diploma Periode IV Tahun Akademik 2024/2025, Sabtu dan Ahad (26 – 27/4/2025). Ada sebanyak 673 lulusan dari berbagai jenjang mengikuti wisuda: satu ahli madia, sembilan sarjana terapan, 545 sarjana, 111 magister, dan tujuh doktor.
“Sampai hari ini, Universitas Islam Indonesia (UII) yang kita cintai telah menghasilkan 131.426 lulusan yang sudah menebar manfaat dengan beragam peran, baik di dalam negeri maupun manca negara,” kata Fathul Wahid.
Lebih lanjut Fathul Wahid menjelaskan Kamus Merriam-Webster mendefinisikan humor sebagai kemampuan mental untuk menemukan, mengungkapkan, atau menghargai hal-hal yang menggelikan atau tidak masuk akal. Bahkan di Stanford Graduate School of Business, humor menjadi salah satu mata kuliah resmi, dengan nama ‘Humor: Seriuos Business.’
Pengajarnya, kata Fathul, tiga orang yaitu dua perempuan dan satu laki-laki. Kedua dosen perempuan tersebut menulis juga sebuah buku yang berjudul Humor, Seriously, yang isi bukunya menjadi bagian silabus mata kuliah yang mereka ajar. Kedua perempuan tersebut adalah Profesor Jennifer Aaker dan Dr Naomi Bagdonas.
“Mata kuliah ini menghadirkan banyak pemimpin perusahaan maju, penulis, dan bahkan laksamana angkatan laut, sebagai pembicara tamu. Mereka berbicara banyak hal, termasuk bagaimana memimpin dengan humor,” kata Fathul Wahid.
Fathul Wahid menambahkan beragam riset ilmiah telah dikembangkan memberikan perhatian kepada topik humor. Pencarian di Google Scholar dengan kata kunci humor (dan humour) menemukan lebih dari 3,9 juta artikel ilmiah atau buku. “Bahkan saya temukan sebuah jurnal ilmiah berjudul Humor: International Journal of Humor Research yang diterbitkan oleh lembaga ternama De Gruyter Brill yang sudah menerbitkan riset ilmiah selama lebih dari 300 tahun,” katanya.
Humor, tambah Fathul, memiliki manfaat yang banyak sekali. Di dunia kerja, riset menemukan bahwa humor meningkatkan kesejahteraan, kreativitas, kepuasan kerja, dan kinerja. Pada sisi individu, humor dapat melawan emosi negatif dan membantu dalam menoleransi kepedihan, selain juga membantu menangkal stres. Dalam kerja tim, humor akan meningkatkan komunikasi kelompok, efektivitas dan kohesi yang mengurangi konflik.
Secara metaforis, kata Fathul, paling tidak terdapat dua peran humor dalam konteks interaksi dengan sesama, termasuk di dunia kerja, yaitu sebagai ‘tangga’ dan ‘jembatan.’ Humor dapat dianggap sebagai ‘tangga,’ alat bantu meningkatkan ‘kuasa.’ Humor dapat meningkatkan status individu karena dipersepsikan mempunyai kompetensi dan rasa percaya diri.
“Ketika menghadapi masalah, seorang individu dengan skor humor tinggi cenderung melihatnya sebagai tantangan. Sedangkan seseorang yang memiliki skor humornya rendah, menganggap masalah sebagai ancaman,” tandas Fathul Wahid.
Humor, kata Fathul, juga meningkatkan memori atau daya ingat. “Temuan riset ini mengingatkan kepada saya, Indonesia pernah mempunyai presiden, seorang demokrat sejati, yang sangat humoris: Gus Dur. Beliau dapat mengingat ribuan nomor telepon. Memori yang sangat luar biasa,” katanya.
Sedang humor juga dapat memainkan peran sebagai ‘jembatan’ untuk menjalin kedekatan. Humor memudahkan kita membuat koneksi dan meningkatkan hubungan dan membantu orang asing atau kolega merasa lebih dekat.
Humor, tambah Fathul, juga dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres baik sebagai individu maupun tim, dan membentengi dari aspek negatifnya. “Studi terhadap individu yang kehilangan pasangan dan mengenang cerita lucu merasa membaik secara lebih cepat serta menunjukkan berkurangnya stres, peningkatan kegembiraan tentang hidup, dan hubungan yang lebih baik,” katanya.
Sementara Wakil Alumni UII, Donny Oktavian Syah, SE, ME-Bus, PhD, Kepala Laboratorium Inovasi, Kebijakan dan Governansi (LINK-GOV) Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Universitas Indonesia (UI) mengharapkan Alumni UII bisa bekerja dalam tim. Sebab di era digital ini banyak orang sibuk sendiri dengan bermain smartphone, sehingga perlu meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan orang lain dalam sebuah tim.
“Kemampuan beradaptasi merupakan hal penting dan aset berharga. Perusahaan kekinian cenderung mencari pribadi yang tidak semata bisa ‘adaptasi.’ Tetapi lebih jauh mencari pribadi yang mematri gaya hidup adaptasi dalam aktivitasnya sehari hari,” kata Donny Oktavian Syah, angkatan tahun 1991 Fakultas Binis dan Ekonomika (FBE) UII. (*)