YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Kendaraan hidrogen lebih efisien dan memiliki jangkauan yang lebih panjang hingga 700 kilometer. Penyimpan hidrogen memiliki berat hanya lima kilogram, sedangkan kendaraan listrik seberat 25 kilogram. Bahkan energi hidrogen diproyeksikan untuk bahan bakar pesawat terbang.
Demikian diungkapkan Assoc Prof Dr Eng Muhammad Aziz, Associate Professor di Universitas Tokyo, Jepang pada General Lecture secara hybrid di Kampus Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII), Jumat (15/8/2025). General Lecture mengangkat tema ‘Advanced Technologies and Strategies for Hydrogen Storage and Transportation.’
General Lecture yang diikuti mahasiswa Program Studi S1, S2 dan S3 juga diisi Prof Dr Ir Elisa Kusrini, MT, CPIM, CSCP, SCOR_P, Ketua Program Studi Doktor Rekayasa Industri, FTI UII. Tampak hadir Dr Drs Imam Djati Widodo, M Eng Sc, Ketua Jurusan Teknik Industri FTI UII; Dr Taufiq Immawan, ST, MM, Sekretaris Jurusan Teknik Industri; Ir Muhammad Ridwan Andi Purnomo, ST, MSc, PhD, IPM, Ketua Program Studi Teknik Industri, Program Sarjana FTI UII.
Muhammad Aziz menjelaskan proses perulangan kimia untuk produksi hidrogen melibatkan tiga reaktor untuk pemisahan CO2 dan generasi hidrogen melalui pemisahan air menggunakan pembawa oksigen seperti Fe2O3. “Tantangan penyimpanan hidrogen solid-state, termasuk penggunaan metamaterial dengan struktur unik untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan,” kata Aziz.
Lebih lanjut Aziz menjelaskan tantangan dan solusi potensial untuk energi hidrogen di Indonesia. Saat ini, kendaraan listrik lebih mapan secara historis tetapi mungkin menghadapi keterbatasan dengan teknologi baterai.
Sementara Prof Elisa Kusrini mengatakan Prof Muhammad Aziz dikenal luas atas kepakarannya di bidang sistem energi berkelanjutan dan teknik termal lanjutan. Pengalaman penelitiannya, banyak mengembangkan teknologi inovatif dalam konversi, penyimpanan, serta pemanfaatan energi bersih.
“Kehadiran Prof Muhammad Aziz akan memberikan wawasan baru bagi kita semua tentang bagaimana energi dapat dikelola secara efisien dan ramah lingkungan untuk menjawab tantangan global di masa depan,” kata Elisa Kusrini.
Kehadiran Prof Muhammad Aziz, kata Elisa, tidak hanya membuka peluang kolaborasi riset internasional. Tetapi juga memberi insight baru tentang bagaimana teknologi hidrogen dapat diintegrasikan dengan ilmu supply chain dan logistik, yang menjadi kunci dalam mendukung transisi energi bersih di masa depan. (*)