YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Metode Taguchi dapat mengoptimalisasi ektraksi Tanin dari Kayu Tingi (Ceriops tagal) sebagai pewarna alami untuk batik yang ramah lingkungan. Bahkan penggunaan Tanin dari Kayu Tingi dapat menekan biaya produksi, dan meningkatkan daya saing produk batik.
Itulah hasil penelitian tesis Euis Laela, MT, Alumni Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut dipaparkan kepada wartawan secara virtual, Sabtu (26/7/2025). Euis Laela mengangkat judul tesis ‘Optimasi Ekstraksi Tanin dari Kulit Kayu Tingi (Ceriops tagal) Menggunakan Metode Taguchi di IKM batik X,Y,Z.
Euis Laela memaparkan hasil penelitiannya didampingi Ir Winda Nur Cahyo, ST, MT, PhD, IPM ASEAN Eng, APEC, Eng, Ketua Program Studi Teknik Industri, Program Magister FTI UII; dan Dr Taufiq Immawan, ST, MM, ASEAN Eng, Dosen Pembimbing yang juga Dosen Program Studi Teknik Industri, Program Magister FTI UII. Euis Laela merupakan mahasiswa MTI UII angkatan 34 menjadi lulusan pertama di angkatanya. Euis berhasil menyelesaikan studi selama dua tahun, dua bulan atau tepat waktu dengan Indek Prestasi Komulatif (IPK) cumlaude.
Euis Laela menjelaskan penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses ekstraksi zat pewarna alami dari kulit kayu tingi kering menggunakan metode Taguchi. Variabel bebas yang diuji meliputi berat kulit kayu tingi, volume pelarut, suhu ekstraksi, dan waktu ekstraksi, sedangkan variabel respon yang diamati adalah kadar tanin dan nilai absorbansi.
Hasil penelitian, kata Euis Laela, melalui optimasi proses diperoleh kadar tanin sebesar 28,60 %, nilai absorbansi 0,13 dan nilai prediksi biaya Rp 11.295,81. “Bila dibandingkan dengan metode ekstraksi konvensional yang biasa digunakan perajin batik dapat menghemat biaya untuk CV. Naraya Batik sebesar Rp 3.814,68; Sungsang Batik Rp 1.646,03 dan Nurgiri Batik Rp 3.265,03,” kata Euis Laela.
Selain itu, tambah Euis Laela, optimasi proses ekstraksi mampu meningkatkan efisiensi perolehan zat pewarna alami. Sehingga optimasi ini berpotensi menekan biaya produksi, meningkatkan daya saing produk batik berbahan pewarna alami dan membuka peluang bagi penerapan ekstraksi warna tingi di sektor industri.
Menurut Euis Laela, penelitian ini berfungsi, pertama, sebagai panduan bagi Industri Kecil Menengah (IKM) batik dalam mengoptimalkan proses ekstraksi. Aplikasi kombinasi faktor yang tepat, diharapkan dapat dihasilkan produk berkualitas tinggi, yang secara langsung berpotensi meningkatkan kepuasan pelanggan.
Kedua, penelitian ini membuka peluang bagi penerapan ekstraksi warna tingi disektor industry, mengingat prosesnya yang terukur secara ekonomis. “Implementasi skala industri berpotensi meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya produksi serta menciptakan peluang usaha baru di lingkungan sekitar,” katanya.
Euis Laela menjelaskan penggunaan zat warna sintesis dalam proses pembuatan batik dapat menimbulkan permasalahan lingkungan bila limbah zat warna sintesis tidak dikelola dengan baik. Bahkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia serta ekosistem. Hal ini menjadi sorotan penting di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sustainability dan produk ramah lingkungan.
Sementara Winda Nur Cahyo mengatakan Euis merupakan mahasiswa Kelas Blended Magister Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (MTI UII). Kelas ini dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan mahasiswa yang sudah bekerja. Sistem kuliahnya menggabungkan sistem perkuliahan Daring (online) dan tatap muka (offline).
Kelas ini, kata Winda, memberikan fleksibilitas waktu dan tempat bagi para profesional yang ingin melanjutkan studi tanpa harus meninggalkan pekerjaan. Sistem blended ini memungkinkan mahasiswa tetap produktif di dunia kerja sambil mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tugas akademik secara terstruktur.
Winda menambahkan salah satu manfaat utama dari kelas blended, selain efisiensi waktu juga peningkatan kualitas pembelajaran yang relevan dengan pekerjaannya atau dunia industri. Mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan materi yang dipelajari ke dalam konteks pekerjaan mereka sehari-hari, sehingga mempercepat proses pemahaman dan pengembangan kompetensi.
Selain itu, kata Winda, interaksi dalam kelas tatap muka tetap terjaga untuk membangun jejaring profesional dan diskusi ilmiah yang mendalam serta penelitian yang dapat linier dengan kebutuhan profesionalnya. “Kombinasi ini serta kedalaman akademik menjadikan kelas blended MTI UII sebagai solusi ideal bagi para pekerja yang ingin mengembangkan karier melalui pendidikan lanjutan,” jelas Winda. (*)