Pemecahan Permasalahan Kompleks Butuh Kolaborasi Multidisiplin Ilmu

Fathul
Fathul Wahid saat menyampaikan pesan kepada doktor baru. (foto : screenshotyoutube/heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Permasalahan yang kompleks membutuhkan pendekatan baru dalam menyelesaikannya. Salah satunya, melibatkan beragam kepakaran terkait atau multidisiplin ilmu untuk mendesain solusi yang efektif.

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD mengemukakan hal itu pada penyambutan doktor baru di lingkungan UII di Yogyakarta, Kamis (29/12/2022). Ada 18 doktor baru yang telah menyelesaikan pendidikan doktoral selama tahun 2022. Negara studi para doktor baru ini beragam yaitu Indonesia (11 orang), Jepang (6), dan Inggris (1).

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Fathul Wahid mengatakan pendekatan interdisiplin ilmu tidak hanya berdasarkan pada keragaman disiplin yang terlibat (yang bisa disebut sampai tingkat multidisiplin). Tetapi beragam kepakaran itu mengharuskan ada irisan antardisiplin.

“Paling tidak terdapat tiga argumen untuk menguatkan. Pertama, masalah yang kompleks tidak bisa dipecahkan disiplin tunggal. Kedua, penemuan dan kemajuan dalam riset lebih sering terjadi di perbatasan antardisiplin. Ketiga, interaksi antarperiset interdisiplin akan bermanfaat untuk memperluas perspektif dan memperjauh horizon,” tandas Fathul.

Bertambahnya 18 doktor baru, kata Fathul, UII memiliki persentase jumlah dosen bergelar doktor sebesar 31,95 persen (248 dari 776 dosen). Persentase ini jauh melampaui rata-rata nasional yang baru mencapai 13,98% (42.825 dari 306.150 dosen).

“Saat ini, ada sebanyak 166 dosen UII sedang menempuh program doktor di berbagai universitas, baik dalam maupun luar negeri. Jika semua berjalan lancar, dalam empat tahun ke depan, cacah dosen berpendidikan doktor UII akan mencapai lebih dari separoh (53,35%; 414 dari 776),” kata Fathul.

Sejak 28 Desember 2022, tambah Fathul, UII kembali mendapatkan akreditasi institusi Unggul yang berlaku sampai 2027. Dari 54 program studi yang UII kelola, sebanyak 36 program studi mendapatkan akreditasi A atau Unggul.

“Ini setara dengan 66,67% dari keseluruhan program studi. Jika enam program studi baru yang berakreditasi minimum tidak dimasukkan sementara, persentase yang berakreditasi A atau Unggul mencapai 75,00%,” katanya.

Dari sisi kualifikasi dosen, semakin banyak dosen yang berkualifikasi Lektor Kepala atau Profesor. Khusus untuk profesor, saat ini UII mempunyai 29 dosen dengan jabatan akademik profesor. Saat ini, lebih dari 10 pengusulan profesor yang sudah disetujui oleh senat universitas dan sudah dikirim dari UII untuk diproses lebih lanjut oleh negara. Sekali lagi, ini adalah capaikan kolektif yang harus disyukuri.

Doktor baru UII Tahun 2022. (foto : istimewa)

Sedang Ike Agustina, S Psi, M Psi, Psikolog, Direktur Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan UII mengatakan ada tiga sumber dana 18 doktor yang menyelesaikan studi tahun 2022 yaitu beasiswa dari lembaga luar, campuran lembaga luar dan UII, UII dan pribadi.

Sebanyak 33% (enam lulusan) , kata Ike, mendapatkan beasiswa dari lembaga luar antara lain lembaga pemerintah untuk pendanaan studi di dalam negeri atau luar negeri maupun beasiswa dari perguruan tinggi tempat studi.

‘Kemudian sebanyak 22% (empat peserta) menyelesaikan studi dengan menggunakan beasiswa parsial (UII dan lembaga luar UII), 17% (tiga orang) mendapatkan beasiswa penuh dari UII, dan sebanyak 28% (lima orang) menyelesaikan studi dengan biaya mandiri,” kata Ike Agustina. (*)