Manajemen Rantai Pasok Tentukan Keberhasilan Perusahaan

Agham Satria Pristiwaji
Agham Satria Pristiwaji diapit Winda Nurcahyo (kanan) dan Dr Ir Agus Mansur, ST, MEng Sc, IPU, Wakil Dekan FTI UII. (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Manajemen Supply Chain atau Rantai Pasok merupakan kunci keberhasilan dari perusahaan. Supply Chain melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemasok, produsen, distributor, hingga retailer. Koordinasi dan integrasi yang efektif dari berbagai pihak tersebut dapat memastikan kelancaran aliran produk dan informasi.

Demikian diungkapkan Agham Satria Pristiwaji, lulusan Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (MTI FTI UII) di Yogyakarta, Sabtu (9/3/2024). Agham bersama Belia Afifah merupakan lulusan MTI FTI UII yang diwisuda pada Periode IV Tahun Akademik 2023/2024, di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII. Sabtu (9/3/2024).

Bacaan Lainnya

Periode ini UII mewisuda 482 lulusan yang terdiri satu ahli madia, 411 sarjana, 66 magister, dan empat doktor. Hingga kini, UII telah meluluskan 125.375 orang yang sudah menebar manfaat dengan beragam peran, baik di dalam negeri maupun mancanegara.

Lebih lanjut Agham menjelaskan pengelolaan Rantai Pasok memegang peranan penting dalam proses bussines di perusahaan besar maupun kecil agar bisa menghasilkan keuntungan yang optimal. Pemilihan supplier akan dikelola dalam rantai pasok merupakan salah satu pertimbangan strategis perusahaan. Pertimbangannya, apakah supplier tersebut bisa mendukung efesiensi rantai pasok di perusahaan tersebut.

Di sektor retailer, kata Agham, biasanya sudah mempunyai pemasok utama yang menjadi andalan dalam mengisi persediaan untuk dijual ke konsumen. Selain itu, retailer juga mempunyai supplier lain yang lebih kecil. Supplier kecil ini berperan jika pemasok utamanya tidak bisa permintaannya.

“Kesimbangan pemilihan jumlah produk yang dipesan kepada pemasok utama dan pemasok sampingan menjadi keputusan strategis untuk mendapatkan biaya total minimum. Tujuannya, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan maksimal. Teori permainan Stackelberg yang dikombinasikan dengan Teori Evolusi bisa memberikan gambaran keseimbangan jumlah pesanan ke masing-masing supplier,” kata Agham.

Dalam menyusun tesis, Agham melakukan penelitian terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) batik, khususnya kain batik siap jahit. Dalam penelitiannya, sistem rantai pasok produk batik terdiri satu pemasok utama dan lima pembeli yang mendapatkan permintaan dari konsumennya yang bersifat stokastik.

“Pada kenyataannya, terdapat satu perusahaan yang bertindak sebagai pemasok sampingan, yang hanya memasok produk yang diminta pembeli (UMKM) setelah pembeli memesan produk dari pemasok utama,” kata Agham Satria Pristiwaji.

Pemesanan pembeli ke pemasok dilakukan berdasarkan pada stok kain batik siap jahit di UMKM. Hal ini menyebabkan pemesanan barang ke pemasok utama tidak dalam waktu yang bersamaan. Sehingga pemasok utama tidak dapat memenuhi semua permintaan dari UMKM. Karena itu, peranan pemasok sampingan menjadi penting untuk meminimasi permintaan UMKM yang tidak dapat dipenuhi pemasok utama.

Sementara Ketua Prodi MTI FTI UII, Ir Winda Nurcahyo ST, MT, PhD, IPM, mengatakan Prodinya memiliki kurikulum baru. Salah satu konsentrasinya, menguatkan pada Supply Chain. “Kami pengin suatu saat MTI FTI UII ini jadi magnet pengembangan Supply Chain di Indonesia. Sebab kebutuhan pakar Supply Chain itu banyak sekali,” kata Winda.

Winda mencontohkan perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) tentu akan membutuhkan ahli Supply Chain berbagai komoditi untuk memenuhi kebutuhan warganya. “Karena itu, MTI FTI UII mencetak sebanyak mungkin supaya pakar Supply Chain agar bisa memberikan saran untuk mengatasi masalah berbagai kebutuhan,” tandas Winda. (*)