Mahasiswa UMM Ciptakan Alat Deteksi Kebakaran Hutan

Alat Deteksi Kebakaran
Alat Deteksi Kebakaran karya mahasiswa UMM yang dipamerkan pada Industrial Engineering Expo (IEE) Januari 2024 lalu. (foto : istimewa)

MALANG, JOGPAPER.NET — Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil menciptakan alat deteksi kebakaran hutan. Alat kreasi Ahmad Wildan Al Mauludi dan Tim dari Program Studi (Prodi) Teknik Industri UMM ini diberi nama Flame Shield Forest (FSF).

Wildan menjelaskan FSF dilengkapi dengan Arduino ESP 32 sebagai sensor pendeteksi api, sensor gas, modul GPS, modul WiFi, dan penguat sinyal. Jika terjadi kebakaran, sensor api dan gas akan mendeteksi adanya kebakaran dan mengirimkan pesan peringatan pada gawai melalui fitur bot telegram.

Bacaan Lainnya

Nantinya, pesan yang dikirim melalui gawai akan memuat lokasi akurat dari peristiwa kebakaran. Sedang untuk sistem kelistrikan, FSF masih mengandalkan listrik dari luar sehingga belum memiliki daya sendiri. Hal ini dikarenakan alat ini membutuhkan daya yang terbilang kecil, sehingga cukup dipasang pada powerbank untuk menjalankan alat ini. “Pada awalnya kami mau menggunakan panel surya, namun karena kurangnya budget dalam pembuatan sehingga kami memilih colokan USB yang cukup terjangkau,” kata Wildan.

FSF tak hanya mendeteksi kebakaran hutan saja, namun juga dapat difungsikan sebagai pendeteksi kebakaran di Ruko atau pemukiman padat penduduk. FSF akan mendeteksi kebocoran gas atau percikan api dari konsleting listrik sehingga penanganan kebakaran dapat segera dilakukan dan tidak membahayakan penduduk sekitar.

Ke depannya, Wildan dan tim akan mengganti fitur WiFi menjadi kartu GSM. Hal ini agar FSF dapat digunakan di hutan dan memiliki jangkauan sinyal yang lebih luas. Selain itu, ked epannya ia juga akan mengganti beberapa komponen sensor api dan gas agar jangkauan deteksi dapat lebih jauh. “Untuk itu, inovasi FSF tak akan berhenti sampai di sini saja. Semoga kami dapat menambahkan fitur baru agar FSF dapat digunakan pada hutan yang rentan kebakaran,” katanya.

Kreasi FSF ini, tambah Wildan, diilhami dengan peristiwa kebakaran lahan di kawasan Gunung Bromo 2023 lalu menyebabkan banyak kerugian bagi warga maupun pengunjung. Kebakaran lahan yang berlangsung sepuluh hari tersebut melahap kurang lebih 504 hektare padang rumput. Menurut perhitungan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), kerugian ditaksir mencapai Rp 5,4 miliar.

“Untuk itu, kami menciptakan alat ini agar hal tersebut tidak teradi. Alat ini juga bisa membantu pemadam kebakaran atau yang bertanggung jawab bisa segera mengetahui kondisi dan titik lokasi kebakaran terjadi,” kata Wildan sambil menambahkan FSF telah dipamerkan di Industrial Engineering Expo (IEE) pada Januari 2024 lalu. (*)