Dosen UMM : Urban Farming Dukung Ketahanan Pangan Keluarga Perkotaan

Ary Bakhtiar
Ary Bakhtiar, Dosen Program Studi Agribisnis, UMM. (foto : istimewa)

MALANG, JOGPAPER.NET — Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ary Bakhtiar, SP, MSi mengungkapkan urban farming dapat mendukug ketahanan pangan keluarga di perkotaan. Urban farming melibatkan berbagai jenis tanaman dan ternak yang terintegrasi, sehingga hasilnya dapat memenuhi kebutuhan keluarga dalam berbagai aspek.

Ary Bakhtiar menjelaskan dalam beberapa dekade terakhir, pertanian perkotaan telah muncul sebagai solusi inovatif untuk menghadapi tantangan komunitas di perkotaan. Dengan ruang yang terbatas dan ketersediaan lahan yang sulit, urban farming telah membuka peluang baru bagi penduduk kota untuk memanfaatkan lahan sebagai kegiatan pertanian.

Bacaan Lainnya

Ary Bakhtiar menambahkan urban farming merupakan salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat perkotaan. Bisa menjadi solusi yang cocok dengan menggunakan metode tanam sekam hidroponik dalam berbagai bentuknya.

Urban farming juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan. Hasil panen tidak hanya dapat dijual untuk mengurangi pengeluaran harian, tetapi juga dapat dikonsumsi sendiri. “Mayoritas tanaman yang ditanam adalah produk-produk pangan yang dibutuhkan sehari-hari, sehingga dapat menekan jumlah pengeluaran dengan mengalihkannya ke pos-pos pengeluaran lain,” kata Ary di Kampus UMM, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut Ary mengatakan urban farming memberikan berbagai manfaat, termasuk peningkatan kualitas udara dengan penyerapan karbondioksida dan produksi oksigen melalui fotosintesis. Praktek pertanian organik dan manajemen limbah juga membantu mengurangi polusi air dan tanah. Selain aspek lingkungan, pertanian perkotaan berperan dalam memperkuat komunitas dengan memfasilitasi interaksi berbagi pengetahuan dan membangun hubungan yang kuat.

“Keuntungan urban farming melibatkan aspek minimisasi berbagai hal. Misalnya meningkatnya edukasi masyarakat, terutama anak-anak yang senang bercocok tanam. Selain itu, urban farming dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi keluarga,” katanya.

Namun Ary juga mengingatkan adanya sejumlah tantangan dan solusinya saat melakukan kegiatan urban farming. Di antaranya, keterbatasan lahan yang dapat diatasi dengan teknik pertanian vertikal dan atap. Kualitas tanah yang terpengaruh oleh polutan dapat diatasi melalui penerapan pertanian organik dan manajemen limbah. Ketergantungan pada pasokan air teratasi dengan teknik penghematan air seperti irigasi tetes dan penangkapan air hujan.

“Hal yang lebih berat, tantangan utama dalam urban farming adalah konsistensi dalam niat, perencanaan, dan implementasi. Kegiatan ini memerlukan perawatan rutin, dan konsistensi dalam menjaga tanaman atau hewan menjadi tantangan. Terutama di tengah kesibukan masyarakat perkotaan,” jelasnya.

Menurut Ary, penerapan teknologi, seperti hidroponik dan aeroponik, dapat meningkatkan efisiensi dan hasil produksi urban farming. Penggunaan teknologi menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran bahwa bercocok tanam tidak selalu memerlukan lahan yang luas. Ia berharap, masayarakat semakin sadar akan manfaatnya, karena urban farming menjadi salah satu upaya efektif untuk menekan biaya hidup dan mengembangkan perubahan positif dalam gaya hidup.

Ary memprediksikan urban farming memiliki potensi besar untuk terus berkembang di masa depan. Dengan inisiatif dan dukungan yang tepat, kegiatan urban farming dapat berkontribusi pada pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup penduduk, dan menciptakan lingkungan yang sehat serta menguatkan komunitas. “Melalui eksplorasi dan pengembangan praktik pertanian perkotaan yang inovatif, kita dapat mencapai visi perkotaan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” kata Ary. (*)