Komunikasi Sehat Orangtua dan Anak, Cegah Penculikan Anak

Yusdani
Yusdani, Direktur PS2PM saat menyampaikan keynote speech di Gering Nasional secara virtual, Rabu (8/2/2023). (foto : screenshotzoom/heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Komunikasi yang sehat antara orangtua dan anak dapat mencegah penculikan atau kekerasan terhadap anak. Indikator komunikasi yang sehat adalah bisa menumbuhkan rasa percaya diri, dan sikap sportif pada anak.

Demikian diungkapkan Latifatul Chasanah, SPsi, Anggota Bidang Gender dan Konseling Keluarga Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta pada Gering (Gesah Ringan) Nasional secara virtual, Rabu (8/2/2023). Gering Nasional mengangkat tema Membangun Ketahanan Keluarga dalam Merespon Fenomenaa Penculikan Anak di Indonesi.

Bacaan Lainnya

Gering Nasional menampilkan keynote speaker Dr Drs Yusdani, MAg, Direktur PS2PM Yogyakarta. Selain Latifatul Chasanah, Gering Nasional menampilkan narasumber Siti Jamilah, MSI, Kabid Gender dan Konseling Keluarga PS2PM Yogyakarta; Kiki Melitha, SPd, MPd, Bendahara PS2PM Yogyakarta; Nelva Ade Tinofa, SPd, Anggota Bidang Gender dan Konseling Keluarga PS2PM Yogyakarta; Pipit Haryani, SPd, Anggota Bidang Gender dan Konseling Keluarga PS2PM Yogyakarta. Sedang moderator RZ Ricky Satria Wiranata, MPd, Kabid Riset dan Publikasi PS2PM Yogyakarta.

Lebih lanjut Latifatul Chasanah mengatakan pencegahan terhadap tindak penculikan atau kekerasan pada anak dapat dimulai dari memberikan pemahaman pada anak. “Tetapi permasalahan sering muncul pada saat memberikan pemahaman pada anak. Misalnya, anak kurang memahami cara orang tua menyampaikan atau orang tua yang memberikan pemahaman tidak sesuai dengan usia anak,” kata Latifatul.

Latifatul memberikan tips membangun komunikasi yang tepat dengan anak. Tahap awal, ketika anak belajar berkomunikasi. Pada usia 0 anak sudah bisa berkomunikasi, tetapi belum menggunakan kata-kata. Anak belajar berkomunikasi dengan cara menangis. Misalnya, anak menangis karena lapar, dan kondisi tidak nyaman seperti digigit nyamuk, area di sekitarnya basah karena ompol dan lainnya.

Tahap selanjutnya, kata Latifatul, cara anak berkomunikasi semakin bervariatif. Anak tidak lagi menangis, tetapi dengan berbicara dan ditambah dengan ekpresi mimik wajah, bahasa tubuh, tindakan dan lainya.

Namun hal yang tidak kalah pentingnua, ujar Latifatul, respon orang tua terhadap cara komunikasi anak menentukan interaksi anak dan orang tua selanjutnya. Ada berbagai macam respon orang tua saat berkomunikasi dengan anak. Di antaranya, diam, kesal, langsung memeriksa keadaan anak, browsing di internet, bertanya, bingung, marah, meminta anak menunggu.

“Tanggapan orangtua yang tepat adalah merespon sesuai dengan usia anak. Komunikasi sehat dengan anak bisa membangun rasa percaya diri pada anak, membangun sikap suportif. Sedang sikpa orangtua memberikan sikap suportif, terbuka dengan anak. Komunikasi adalah cara untuk saling memahami dan membangun hubungan antara orang tua dan anak,” katanya.

Sementara Yusdani mengatakan salah satu harapan dari acara Gering PS2PM ini adalah perlunya membangun ketahanan keluarga dari internal keluarga itu sendiri. Salah satu strateginya, komunikasi yang baik antar anggota keluarga terutama orang tua dan anak.

Menurut Yusdani, adanya kasus penculikan anak sekarang, sudah saatnya membangun dan memperkuat ketahanan keluarga. Selain itu, juga meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan bersama keluarga bahwa kasus penculikan anak yang terjadi akhir akhir ini perlu menjadi perhatian. “Pihak pemerintah, aparat, sekolah-sekolah dan tokoh masyarakat agar selalu meningkatkan kewaspadaan bersama karena kejahatan terhadap anak selalu mengintai,” kata Yusdani. (*)