Ingin Jadi Dokter Hewan? Yuk, Kenali Seluk Beluk Kuliah di FKH UGM

FKH UGM
Kampus FKH UGM Yogyakarta. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Anda calon mahasiswa baru? Mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang dokter hewan? Jika iya, maka perlu mengetahui informasi soal seluk beluk kuliah di Program Studi (Prodi) S1 Pendidikan Kedokteran Hewan.

Hingga tahun 2024 ini, ada 13 perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran hewan. Selain Universitas Gadjah Mada, pendidikan yang sama diselenggarakan di Universitas Syiah Kuala Aceh, Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Udayana Bali dan Universitas Hasanudin Makassar.

Bacaan Lainnya

Di UGM, pendidikan dokter hewan diselenggarakan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) sejak 20 september 1946 atau 77 tahun lalu. Hingga saat ini, FKH UGM telah meluluskan 6.215 dokter hewan. Di seluruh Indonesia, total jumlah Dokter Hewan yang terdata di Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) kurang lebih ada 13.500 Dokter Hewan, artinya hampir separuhnya merupakan lulusan dari FKH UGM.

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Prof drh Teguh Budipitojo, MP, PhD, mengatakan pendidikan sarjana kedokteran hewan bertujuan untuk mendidik calon dokter hewan yang cakap, unggul dan mempunyai kemampuan excellent veterinarian yang mampu bersaing ditingkat global dan internasional.

“Kita selalu berkomitmen menyelenggarakan pendidikan tinggi yang unggul dan inovatif, diharapkan bisa menghasilkan lulusan dokter hewan yang unggul, mandiri, bermartabat dan dijiwai Pancasila serta mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa,” kata Dekan FKH UGM, Jumat (5/4/2024).

Selama 77 tahun berdiri, ujarnya, FKH UGM selalu berusaha memberikan kontribusi terbaik bagi peningkatan kualitas pendidikan kedokteran hewan dan bidang kesehatan hewan secara luas di Indonesia. Bahkan untuk meningkatkan kualitas akademik bertaraf internasional, program studi S1 Pendidikan Sarjana Kedokteran Hewan telah mendapat akreditasi internasional ASIIN pada 2019 lalu.

Di sisi lain, untuk menunjang kompetensi mahasiswa, FKH UGM juga memiliki Rumah Sakit Hewan Prof Soeparwi yang selama ini dimanfaatkan mahasiswa untuk pendidikan jenjang profesi koasistensi reproduksi, dinas, diagnosa laboratorik, interna hewan kecil, bedah radiologi dan manajemen rumah sakit hewan. Selain itu, FKH UGM juga memiliki fasilitas teaching farm yang berada di Playen, Gunungkidul, kandang umbaran kuda, kandang burung dan kandang ayam merdeka.

“Sedangkan fasilitas untuk belajar di luar kelas, FKH juga membangun gazebo hijauan ternak, co-working space dan ruang sekretariat UKM Mahasiswa,” kata Teguh Budipitojo.

Saat ditanya soal tingkat persaingan masuk Prodi S1 Pendidikan Kedokteran Hewan UGM, Dekan menyampaikan jumlah peminat pada tahun 2023 lalu sebanyak 2.890 orang dan kuota yang diterima sebanyak 230 orang. Namun yang melakukan registrasi 216, “Artinya rasio peminat dan yang diterima, rata-rata 12,6 orang memperebutkan satu kursi,” kata Dekan.

Berdasarkan data jumlah mahasiswa S1 yang masuk tahun 2023 sebanyak 216 orang, 19 orang diantaranya berasal dari Malaysia. Sedangkan untuk masa studi, Pendidikan S1 Pendidikan Kedokteran Hewan dapat ditempuh selama 48 bulan dan Pendidikan Profesi Dokter Hewan diselesaikan selama 18 bulan.

Bramasta Cahyo (21), mahasiswa S1 FKH UGM, kuliah di FKH UGM sudah menjadi keinginannya sejak di bangku sekolah menengah atas. Pria kelahiran Surakarta mengatakan dengan menjadi dokter hewan ia lebih banyak bekerja di lapangan. Sebab, Bram mengaku tidak begitu menyukai bekerja seperti orang kantoran kerjanya di dalam ruangan. Selain itu, ia berkeinginan membuka klinik praktek dokter hewan. “Dalam bayanganku, nanti bisa menjadi dokter hewan klinis dan punya klinik sendiri,” ujarnya.

Saat mendaftar tes masuk FKH UGM, Bram membayangkan dirinya lebih banyak menghabiskan waktu kuliah di ruang kelas dan laboratorium. Namun kenyataan yang ia temukan berbeda. Suasana kampus yang sejuk dan rindang di sekitar kampus, ditambah fasilitas kandang hewan untuk hewan besar dan hewan kecil seperti reptil dan primata menjadikan ia betah berlama-lama di kampus. “Suasananya sangat beda seperti yang kubayangkan. Di sini banyak pohon, banyak sapi, kambing dan hewan piaraan lainnya. Jadi benar-benar mirip seperti pedesaan,” kata Bram.

Dikatakan Bram, sistem perkuliahan di FKH UGM menggunakan pembelajaran Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR). Fakultas Kedokteran Hewan UGM memberlakukan strategi pendidikan belajar Problem Based Learning (PBL) yang dikembangkan ke arah STAR atau Student Centered Learning Plus (SCL+). Sistem pembelajaran seperti ini memadukan secara proporsional antara Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Learning (SCL) .

Ditanya soal tentang strategi dirinya untuk bisa belajar mengingat nama-nama latin dari anatomi hewan besar maupun hewan kecil, Bram memiliki trik dan cara sendiri dengan lebih banyak belajar menjelang dini hari. “Bagiku, belajar tengah malam itu lebih sunyi, jadi enak buat ngerjain tugas dan belajar,” katanya.

Selain belajar di waktu dini hari, Bram juga suka juga belajar di sela-sela waktu santai atau saat jalan-jalan. Bahkan di saat praktikum, Bram mengusahakan ia lebih fokus untuk belajar dan menghafal nama latin dari berbagai anatomi hewan.”Jadi jujur, memang saat praktikum sangat membantu saya dalam memahami mata kuliah. Kalau saya pribadi, belum praktek agak susah untuk menghafal suatu materi secara long term,” katanya.

Bram mengaku ia bukan tipikal mahasiswa yang study oriented atau hanya memikirkan kuliah dan belajar saja selama di kampus. Di bangku kuliah semester enam sekarang ini, Bram ternyata aktif di organisasi UKM Veterinary Science Community (VSC). Ia pun didaulat menjadi ketua di komunitas yang bergerak di bidang riset dan kajian ilmiah. “Kebetulan aku punya minat yang cukup tinggi pada dunia riset,” katanya.

Di sela membagi waktu untuk kuliah dan berorganisasi, Bram juga tengah menjadi mahasiswa kerja part time di Humas UGM untuk mengurusi kanal sosial media. Ia aktif membantu membuat materi konten video untuk kanal akun instagram dan tiktok milik universitas. “Aku tertarik menngembangkan minat dan bakatku, sebenarnya aku melihat peluang di dunia medsos. Bisa menambah wawasan dan pengalaman juga,” jelasnya. (*)