YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Dinamika global, disrupsi teknologi, perubahan regulasi, serta dinamika bisnis yang terus bergeser mendorong perubahan mendalam dalam peran akuntan. Akuntan masa depan harus siap menghadapi tantangan seperti otomatisasi, pelaporan keberlanjutan, keuangan digital, dan regulasi internasional.
Demikian diungkapkan Ardan Adiperdana, Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (DPN IAI), pada kick-off Aspiring Professional Accountants Festival (APAFest) ke-9 di Gedung Magister Managemen, Universitas Gadjah Mada (MM UGM), Yogyakarta, Sabtu (24/5/2025). Kick-off APAFest dilakukan langsung oleh President International Federation of Accountant (IFAC), Jean Bouquot, dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan civitas akademika dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Lebih lanjut Ardan Adiperdana mengatakan tantangan krusial yang dihadapi profesi akuntan saat ini adalah menurunnya minat generasi muda terhadap profesi ini. Sebab mereka memiliki persepsi sebagai bidang yang kaku dan terlalu teknis. “Profesi ini bersaing ketat dengan bidang seperti fintech, data science, dan konsultan manajemen,” kata Ardan.
Menghadapi fenomena ini, kata Ardan, Asosiasi Profesi dan pemangku kepentingan lainnya perlu secara aktif melakukan rebranding profesi Akuntan. Salah satunya, dengan menonjolkan keberagaman peran, dampak yang bermakna, serta keterkaitan profesi ini dengan prioritas global seperti keberlanjutan, etika, dan pembangunan ekonomi inklusif.

IAI APAFest, tambah Ardan, merupakan ajang prestisius tahunan yang menjadi panggung utama dalam membina generasi akuntan dan profesional keuangan masa depan di Indonesia. Tahun ini, APAFest mengusung tema ‘Future-Ready Accountants: Navigating Global Challenges.’
APAFest dilakukan bersamaan dengan rangkaian kunjungan delegasi IFAC ke Indonesia. Kunjungan Presiden IFAC ini menandai pengakuan global atas pentingnya pelibatan generasi muda dan pengembangan talenta dalam profesi akuntansi. Selain itu, juga merupakan pesan kuat bahwa Indonesia memainkan peran vital dalam masa depan global profesi akuntansi.
Sehari sebelum APAFest di Yogyakarta, Presiden IFAC membuka seminar internasional di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Seminar diikuti lebih dari 3.000 peserta secara virtual dan tatap muka. Di Grha Akuntan Jakarta, Jean Bouquot juga menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) bersama pemangku kepentingan strategis profesi akuntan. Selain itu, juga mengikuti audiensi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menyampaikan perkembangan terkini profesi dialog strategis antara IAI, IFAC, dan OJK, dengan memanfaatkan koneksi kepemimpinan yang telah terjalin dan kesamaan prioritas bersama.
Ardan menambahkan APAFest tahun ini memperkuat kembali komitmen IAI untuk menginspirasi calon akuntan. APAFest mendorong mahasiswa mengejar profesi akuntansi dengan wawasan global, memahami tantangan global. Di antaranya, pelaporan keberlanjutan, transformasi teknologi, dan perubahan regulasi, serta menyoroti peluang karier yang menunjukkan bahwa akuntan Indonesia mampu berkiprah tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional.
Akuntan Masa Depan
IAI, kata Ardan, berkomitmen penuh membangun profesi akuntan yang future-ready, dimulai dari mendukung pendidikan dan pemberdayaan generasi muda Indonesia. Melalui APAFest dan berbagai kolaborasi strategis, IAI membangun jembatan antara mahasiswa dan profesional, antara universitas dan jaringan global, serta antara Indonesia dan komunitas akuntansi internasional.
Menurut Ardan, menjadi future-ready dalam konteks profesi akuntan, berarti memiliki kemampuan tidak hanya untuk bertahan dalam perubahan, tetapi memanfaatkannya untuk menciptakan nilai baru. Seorang akuntan masa depan setidaknya harus bisa memahami tiga aspek strategis, yaitu digital fluency, memiliki wawasan global dan beretika.
“Para mahasiswa yang hadir hari ini, masa depan profesi ini ada di tangan kalian. Tantangannya kompleks, tapi juga penuh peluang. Dunia membutuhkan akuntan yang dapat memimpin dengan integritas, kelincahan, dan visi,” tandas Ardan.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara IAI dan Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah. Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah membawahi ratusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Indonesia. “Kerja sama ini akan memperkuat pengembangan kapasitas, penelitian, dan pengembangan profesional dalam ekosistem akademik,” kata Ardan. (*)