Gunakan Abu Ilalang, Minyak Jelantah Bisa Jadi Biodiesel

Tim PKM-P Abu Ilalang Prodi Kimia FMIPA UII Yogyakarta. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA — Selama ini rumput ilalang dan minyak jelantah menjadi sumber petaka bagi manusia. Rumput ilalang menjadi gulma bagi petani dan sulit untuk mematikannya. Bahkan di musim kemarau, rumput ilalang sebagai pemicu kebakaran hutan. Sedangkan minyak jelantah adalah limbah yang bila terus menerus digunakan untuk menggoreng akan menimbulkan penyakit bagi orang yang mengonsumsinya.

Namun di tangan Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) Program Studi Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) Yogyakarta bisa bermanfaat. Abu rumput ilalang bisa sebagai katalisator untuk mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel menggunakan metode Biodiesel Elektrokatalitik Reactor (BeRA).

Bacaan Lainnya

Tim PKM-P Prodi Kimia yang beranggotakan Aditya Sewanggara Amatyawangsa Wicaksana, Ratih Lestari, Nur Inayatullah, dan Yustika berhasil memenangkan dana hibah dari Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tahun 2017. Bahkan setelah mengikuti monitoring dan evaluasi (Monev), mereka dinyatakan lolos ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang akan dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan.

Dijelaskan Aditya Sewanggara salah satu pemicu utama kebakaran hutan di Indonesia adalah tingginya pertumbuhan ilalang. Indonesia memiliki Terdapat 64,5 juta hektare padang rumput yang sebagian besar merupakan ilalang (imperata cylindrical). Rumput Ilalang mengandung unsur kimiawi yaitu diantaranya Abu 5,42%, Silika 3,67%, Lignin 21,42%, Pentosan 28,58%, dan Selulosa 48,12%.

Konveri biomasa limbah dari tandan sawit, pelepah pisang, dan tempurung kelapa menjadi abu telah lama digunakan sebagai katalis basa heterogen pada produksi biodiesel. Namun abu ilalang belum banyak digunakan sebagai katalis untuk menghasilkan biodiesel. “Padahal kandungan abu ilalang sebesar 5,42% memiliki potensi
sebagai katalis basa heterogen pada produksi biodiesel dari minyak jelantah,” kata Aditya di Kampus FMIPA UII Yogyakarta, Jumat (4/8/2017).

Lebih lanjut Aditya menjelaskan penelitian abu ilalang sebagai katalis basa heterogen diharapkan mampu mengurangi penyebab kebakaran lahan. Sehingga tidak adanya kebakaran hutan dapat meningkatkan kesuburan lahan pertanian. Sedang penggunaan bahan minyak jelantah bisa mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi timbulnya penyakit akibat penggunaan minyak jelantah. “Hal terpenting adalah tersedianya bahan bakar terbarukan,” tandas Aditya.

Dewasa ini ketergantungan manusia terhadap minyak bumi sebagai sumber energi fosil tak terbarukan (unrenewable resources) semakin hari semakin meningkat. Diperkirakan beberapa tahun kedepan cadangan minyak bumi akan habis sehingga diperlukan bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui (renewable resources) sebagai subtitusi minyak bumi ini.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak nabati, lemak binatang atau minyak bekas melalui esterifikasi dengan alkohol. Bahan baku minyak nabati yang melimpah di Indonesia adalah minyak jelantah karena konsumsi rutin masyarakat Indonesia terhadap minyak goreng kelapa sawit. “Hampir semua jenis masakan di negara kita ini memerlukan minyak goreng dalam proses pembuatannya sehingga kebutuhan akan minyak goreng akan terus meningkat setiap tahun,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *