Prodi Teknik Kimia UII Selenggarakan Online Course ‘Biodiesel and other Biofuels’

Isabel Nunes saat menjadi pembicara pada Online Course Teknik Kimia FTI UII, Jumat (2/10/2020). (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Program Studi (Prodi) Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII), Jumat (2/10/2020), menggelar Online Course ‘Biodiesel and other Biofuels’. Kursus online ini diselenggarakan bekerjasama Universidade de Aveiro Portugal, Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Dijelaskan Dr Arif Hidayat, ST, MT, Sekretaris Jurusan Teknik Kimia UII kursus online ini merupakan Program Global Engagement Grant (GEG) 2020. Program GEG ini dimaksudkan untuk mewujudkan pencapaian Rencana Strategis (Renstra) UII tahun 2018-2020.

Bacaan Lainnya

“Ini salah satu implementasi untuk mempercepat tercapainya Rencana Strategis tersebut. Kita harus melakukan pengembangan inovasi berkelanjutan dan memperkuat rekognisi internasional,” kata Arif Hidayat.

Prodi Teknik Kimia UII, kata Arif Hidayat, berhasil mendapatkan pendanaan Program GEG 2020 untuk Skema Mobilitas Daring. “Skema Mobilitas Daring adalah program hibah yang diperuntukkan bagi jurusan dan jurusan/program studi untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas sebagai implementasi dari MoU yang sudah dijalankan UII dengan universitas mitra luar negeri secara daring,” kata Arif.

Pada kursus online perdana menampilkan pembicara Arif Hidayat dan Dr Isabel Nunes, Department of Environment and Planning University of Aveiro, Portugal. Kursus online ini diikuti 202 peserta yang merupakan mahasiswa, dosen dan praktisi berasal dari enam negara yaitu Indonesia, Portugal, Malaysia, Philipina, Taiwan dan Iran.

Sementara Dr Isabel Nunes mengungkapkan pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau dikenal dengan biofuel selama ini bahan bakunya dari tanaman pangan.Di antaranya, kelapa sawit, biji bunga matahari, jagung, kedelai dan lain-lain.

Jenis BBN ini, kata Isabel, secara efektif dan efisien mampu menggantikan bahan bakar fosil. Namun pengembangan BBN tersebut menimbulkan persaingan dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Di samping itu juga mendorong terjadinya deforestisasi dan membuat harga pangan naik tak terkendali. Akibatnya, rumah tangga berpendapatan kecil makin menderita dan kemiskinan makin meningkat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, jelas Isabel, perlu dikembangkan BBN yang berasal dari tanaman non pangan dan limbah atau dikenal dengan biofuel generasi kedua. Saat ini sudah mulai dikembangkan BBN dari ganggang atau alga yang dikenal dengan biofuel generasi ketiga. “Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia berpotensi besar untuk mengembangkan biofuel generasi ketiga,” kata Isabel.
.
Pengembangan BBN generasi kedua dan ketiga akan mengurangi persaingan antara pemenuhan bahan baku untuk keperluan pangan dan energi. Di samping itu tanaman non pangan dapat dibudidayakan pada lahan kritis dan kurang subur. Misalnya, budidaya ganggang dapat dilakukan pada tempat yang sempit di perairan tanpa konversi hutan menjadi lahan perkebunan. Kapasitas produksi per hektare ganggang juga jauh lebih besar dibandingkan dengan tanaman pangan.

“Teknologi produksi BBN yang belum banyak dikembangkan adalah pembuatan biodiesel menggunakan metode enzimatis. Teknologi memanfaatkan enzim untuk memproduksi biodiesel secara cepat, hasil yang banyak dan pada kondisi suhu dan tekanan ruangan,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *