Arsitektur untuk Semua Lapisan Masyarakat

Titik
Titik Efianti saat menyampaikan materi di Coffee Morning Lecture FTSP UII, Selasa (30/5/2023). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Selama ini arsitektur hanya dibutuhkan warga yang mampu untuk membangun rumah besar. Padahal jasa arsitektur itu dibutuhkan semua lapisan masyarakat, sehingga warga lapisan bawah dengan lahan yang sempit pun bisa menikmati hunian yang asri dan nyaman.

Itulah benang merah Coffee Morning Lecture yang diselenggarakan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) Yogyakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Center for Socius Design (CSD), Selasa (30/5/2023). Coffee Morning Lecture mengangkat tema ‘Membangun Kampung dan Cetak Biru Kebijakan Perumahan Indonesia.’

Bacaan Lainnya

Coffee Morning Lecture menghadirkan pembicara Salahudin Rasyidi ST, MT, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan Jawa III; Yudha Prasetyo ST dan Titik Efianti ST, MSc, keduanya Co Founder YPA Architecture Studio. Juga menghadirkan pembahas salah satunya, Ir Wiryono Raharjo, MArch, PhD, Wakil Rektor Bidang Kemitraan & Kewirausahaan secara virtual dari Spanyol.

Dijelaskan Titik, penataan kawasan dengan sentuhan arsitektur sudah sangat mendesak, khususnya kawasan padat penduduk di perkotaan. Kawasan yang tidak tertata dengan baik lingkungan menjadi tidak nyaman, dan mengancam keselamatan warga.

Titik mencontohkan Kampung Gembira Gembrong, Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur. Kampung ini merupakan permukiman korban kebakaran Pasar Gembrong. “Pemukiman yang belum tertata, tidak memiliki akses jalan yang cukup lebar ke sungai. Sehingga saat terjadi kebakaran 24 April 2022 pukul 21:00 tidak dapat segera dipadamkan. Padahal di belakang pemukiman itu ada Kali Cipinang. Kebakaran baru dapat dipadamkan pukul 01:00,” kata Titik.

Berkat sentuhan arsitektur, Titik Efiati, Yudha Prasetyo dan kawan-kawan kini Kampung Gembira Gembrong memiliki akses jalan ke sungai selembar lima meter. Selain itu, lingkungan menjadi asri, nyaman, warga memiliki tempat untuk hajatan, fasilitas sosial dan lain-lain. “Desainnya setiap unit rumah dua lantai. Lantai 1 untuk kegiatan sosial, ada toilet, ruang tamu. Sedang lantai 2 untuk tidur. Biasanya ruang tamu dijadikan untuk tidur,” kata Titik.

Hingga saat ini, Titik dan kawan-kawan sudah melakukan bedah kawasan di lima lokasi yaitu Kampung Gembira Gembrong, Kramat Jati (2019), Kampung Melayu, Petogogan, dan Pela Mampang. “Sudah melakukan revitalisasi lima kampung. Setiap kampung memiliki karakter masing-masing, ada banjir, kebakaran. Sehingga setiap kampung kita mempunyai intervensi desain yang berbeda-beda,” jelas Titik.

Sedang Salahudin Rasyidi mengungkapkan ke depan kepemilikan rumah menurun. Sebab lahan terbatas dan warganya menginginkan bisa hidup nyaman, enak. “Anak-anak muda sudah cenderung sewa apartemen karena lebih praktis, dekat tempat kerja dan keuntungan lainnya. Mempunyai rumah yang jauh dari tempat kerja menjadi kurang nyaman,” kata Salahudin.

Sementara Dekan FTSP UII, Dr -Ing Ir Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI mengatakan penataan kawasan tidak hanya di Jakarta saja, tetapi dibutuhkan seluruh kota di Indonesia. Sehingga ke depan perlu ada arsitek yang bisa memberikan pertimbangan dalam pembangunan setiap daerah.

“Di bidang kesehatan sudah banyak dokter yang ditempatkan di Puskesmas. Tetapi penataan kawasan belum ada arsitek di daerah-daerah. Ke depan seharusnya ada arsitek di daerah-daerah yang bisa memberi pertimbangan untuk penataan kawasan,” kata Ilya Fajar Maharika. (*)