YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Implementasi Kurikulum Merdeka masih banyak kesenjangan antara kebijakan yang dirancang dengan harapan dan pengalaman nyata di lapangan. Karena itu, Kurikulum Merdeka masih membutuhkan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan agar kebijakan ini dapat lebih efektif diterima dan diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan nyata di dunia pendidikan.
Demikian benang merah hasil penelitian Andi Wafda, Mahasiswi Program Studi Magister Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) yang dipaparkan kepada wartawan secara virtual, Rabu (23/4/2025). Andi Wafda mengangkat judul tesis ‘Aspect-Based Sentiment Analysis terhadap Cuitan Platform X tentang Kurikulum Merdeka Menggunakan IndoBERT.’
Andi Wafda berhasil menyelesaikan studi dengan Indek Prestasi Komulatif (IPK) 4.0. Penelitian Andi Wafda ini mendapatkan dana hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemenditisaintek).
Andi Wafda menjelaskan penelitian ini diilhami adanya perubahan kurikulum di Indonesia yang dicetuskan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) yaitu Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka ini bertujuan mengatasi learning loss di dunia pendidikan.
Implementasi kurikulum ini, kata Andi Wafda, memicu berbagai respon, dukungan berupa kebebasan bagi guru untuk berinovasi, fokus pada materi esensial, pembelajaran bervariasi, dan mengembangkan kreativitas siswa. “Kritik juga muncul terkait banyaknya pendidik yang belum memahami konsep Kurikulum baru, kekhawatiran orang tua, dan beban proyek yang mengurangi waktu istirahat siswa,” kata Andi Wafda.
Menurut Andi Wafda, analisis terhadap respons ini penting untuk memberikan masukan dan meningkatkan kebijakan pendidikan. “Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sentimen publik terhadap Kurikulum Merdeka dengan menerapkan Aspect Based Sentiment Analysis (ABSA),” kata Andi Wafda yang didampingi Ir Irving Vitra Paputungan, ST, MSc, PhD, Ketua Program Studi Magiter Informatika dan Dhomas Hatta Fudholi, ST, MEng, PhD, Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Informatika, Program Sarjana FTI UII.
Data, jelas Andi Wafda, dikumpulkan dari platform X (dulu Twitter) menggunakan tools Tweet Harvest selama periode 1 Januari-31 Desember 2024. Keywordnya, spesifik dan relevan terkait masing-masing aspek Kurikulum Merdeka yaitu Modul Ajar, Rapor Pendidikan, Platform Merdeka Mengajar (PMM), dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Data yang terkumpul kemudian dilakukan pra-processing, filtering, refinement hingga pelabelan data. Total dataset yang valid terdiri dari 22.780 tweet, dengan 14.313 tweet digunakan dalam pemodelan, dengan distribusi seimbang untuk setiap aspek dan kategori sentimen,” kata Andi Wafda.
Selanjutnya, tambah Andi Wafda, model ABSA dibangun menggunakan IndoBERT dengan fine-tuning dan dievaluasi menggunakan data latih, validasi, dan uji dengan rasio 80:10:10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model klasifikasi aspek mencapai nilai presisi, recall, skor F1 dan akurasi sebesar 99%. Sedangkan model klasifikasi sentimen mencapai nilai presisi, recall, skor F1 dan akurasi sebesar 86%.
Pendekatan ABSA berhasil menghubungkan sentimen tertentu dengan aspek-aspek spesifik. Analisis mengungkapkan bahwa sentimen negatif mendominasi pada aspek P5 dan PMM, yang mencerminkan kritik terkait beban kerja, kendala teknis, dan tantangan implementasi.
Sebaliknya, Modul Ajar dan Rapor Pendidikan menunjukkan distribusi sentimen yang lebih seimbang. Model ABSA yang dikembangkan diharapkan dapat dipakai untuk melakukan monitoring dan memberikan gambaran umpan balik untuk pengembangan kebijakan ke depan, khususnya pada konteks Kurikulum Merdeka.
Secara keseluruhan, kata Andi Wafda, penelitian ini menegaskan IndoBERT efektif dalam menganalisis aspek dan sentimen terkait Kurikulum Merdeka, serta memberikan wawasan berharga mengenai persepsi publik dan pola tren sentimen sepanjang tahun 2024. “Temuan ini dapat menjadi panduan bagi pemangku kebijakan dalam mengevaluasi dan menyempurnakan implementasi Kurikulum Merdeka,” kata Andi Wafda.
Menurut Andi Wafda, fokus utama perbaikan perlu diarahkan pada peningkatan dukungan teknis, penyederhanaan beban kerja guru dan siswa, serta pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas dan penerimaan Kurikulum Merdeka di kalangan pengguna utama. “Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, diharapkan implementasi Kurikulum Merdeka dapat lebih optimal dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di Indonesia,” harap Andi Wafda.
Sementara Irving Vitra Paputungan mengapresiasi prestasi luar biasa yang diraih Andi Wafda yang menyelesaikan studi S2 Magister Komputer di Program Studi Magister Informatika FTI UII dengan predikat sempurna, IPK 4.0. “Sebuah capaian dari hasil kerja keras, dedikasi, dan semangat pantang menyerah yang luar biasa. Tidak mudah menempuh perjalanan akademik di tingkat pascasarjana, apalagi mampu meraih nilai yang begitu membanggakan,” kata Irving.
Irving mengharapkan capaian ini menjadi awal dari kesuksesan yang lebih besar lagi bagi Andi Wafda di masa depan, baik dalam dunia profesional maupun kontribusi bagi dunia industri dan masyarakat. “Keberhasilan ini tentu bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga menginspirasi banyak orang di sekitar Andi Wafda,” kata Irving. (*)