73 PTS Pertanian Ikuti Kongres BKSPTS-IPI

Rektor Instiper Yogyakarta saat memberi sambutan pada pembukaan Kongres I BKSPTS-IPI di Yogyakarta, Selasa (3/7/2018). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sebanyak 73 Perguruan Tinggi Swasta Ilmu Pertanian mengikuti Kongres I Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Swasta Ilmu Pertanian Indonesia (BKSPTS-IPI) di Instiper Yogyakarta, Selasa (3/7/2018). Perguruan tinggi tersebut berasal dari Kopertis wilayah I hingga XIV yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Rektor Instiper Yogyakarta, Dr Ir Purwadi MS, mengatakan perguruan tinggi swasta perlu kolaborasi untuk menciptakan pendidikan berkualitas. Bahkan bila digarap dengan serius kualitas tidak kalah dengan perguruan tinggi negeri (PTN). “Instiper sudah membuktikan. Kami swasta, kecil tetapi kalau digarap bisa bagus,” kata Purwadi.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Purwadi mengatakan pembangunan dititikberatkan pada sumberdaya pertanian. Sebab sumberdaya ini belum digarap secara optimal. Selain itu, mahasiswa perlu dididik untuk menggunakan teknologi informasi agar bisa menghasilkan produk berkualitas.

“SDM perlu transformasi teknologi informasi. Sudah ada kajian era distruption ini akan datang lebih cepat. Salah satunya, kebun kelapa sawit di Malaysia tidak banyak menggunakan tenaga kerja. Di kebun sawit Malaysia sudah pakai robot,” kata Purwadi.

Purwadi juga mengharapkan deklarasi BKSPTS-IPI ini jangan hanya pada level deklarasi saja. Namun harus ada tindak lanjut dan aksi agar keberadaan badan ini bisa bermanfaat bagi pembangunan pertanian Indonesia.

Sementara Dr Ir Momon Rusmono MS, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian, Kementerian Pertanian, mengatakan pembangunan pertanian ditekankan pada kedaulatan pangan untuk mewujudkan kesejahteraan petani. Namun di sisi lain, ada beberapa kendala untuk mewujudkan hal itu.

“Permasalahannya adalah ketimpangan, pemilikan lahan. Kepemilikan lahan tidak lebih dari 0.3 hektar. Juga berkurangnya minat generasi muda untuk belajar dan bekerja di sektor pertanian,” kata Momon.

Karena itu, kata Momon, pendidikan pertanian harus diarahkan agar bisa menciptakan job creator di sektor pertanian. “Pendidikan harus berorientasi pada karakter, militansi cinta pertanian. Selain itu, IT juga harus digunakan untuk memasarkan produk-produk pertanian,” harapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *