UII Gelar Wayang Kulit Padat ‘Gatutkaca Winisuda’

HY Aji Wulantara, Kepala Dinas Kebudayaan Sleman menyerahkan tokoh Gatutkaca kepada Rektor UII, Fathul Wahid tanda dimulai pagelaran wayang kulit di Kampus UII Yogyakarta, Kamis (19/12/2019). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Sleman menggelar wayang kulit padat dengan lakon ‘Gatutkaca Winisuda’ di Auditorium Prof KH Abdul Kahar Mudzakkir, Kamis (19/12/2019). Wayang kulit berdurasi kurang lebih 90 menit ini menampilkan dalang Muhammad Zaki Kaditama, pelajar kelas 2 SMPN I Kalasan, Sleman, DIY.

Dijelaskan Rektor UII, Fathul Wahid PhD, pagelaran wayang ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih mencintai budaya. “Ini merupakan salah satu cara kami untuk membentuk karakter. Banyak kanal yang bisa kita gunakan untuk membentuk karakter mahasiswa,” kata Fathul Wahid kepada wartawan di sela-sela pertunjukan wayang kulit.

Bacaan Lainnya

Menurut Fathul Wahid, antusiasme mahasiswa untuk menonton wayang sangat menggembirakan. Mereka memberikan testimoni tentang alasan menonton wayang kulit ini. “Antusiasme dari mahasiswa-mahasiswi di luar dugaan saya. Saat ditanya alasan mereka menonton wayang, jawabannya juga di luar dugaan, menunjukkan antusiasme yang tinggi. Sebelumnya, kami sempat pesimis,” ujar Fathul Wahid.

Sedang HY Aji Wulantara SH, MHum, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman mengatakan pagelaran wayang kulit merupakan sarana pengenalan budaya kepada mahasiswa. Aji menilai UII telah menanamkan budaya kepada mahasiswanya sejak lama. Hal ini ditandai dengan pemeliharaan Candi Kimpulan yang ada di Gedung Perpustakaan UII.

“Kampus UII sudah menerapkan budaya dengan memelihara Candi Kimpulan. Pagelaran wayang kulit padat ini untuk memperkaya sarana penanaman kebudayaan kepada mahasiswa,” kata Aji.

Lakon Gatutkaca Winisuda ini menceritakan tentang Raden Brajadenta putra Prabu, Raja Pringgadani tidak setuju bila Gatutkaca diangkat sebagai Raja Pringgadani. Sebab dirinya adalah putra laki-laki dari keluarga Braja, sedang Gatutkaca putra dari Arimbi, kakak perempuan Brajadenta. Sehingga Raden Brajadenta mengklaim dirinya yang lebih berhak menduduki tahta di Pringgodani.

Akibatnya, terjadi peperangan antara Raden Brajadenta dan Arimbi. Gatutkaca kemudian membantu ibunya, Arimbi melawan Brajadenta. Brajadenta berhasil meringkus Gatutkaca dan akan dibunuh menggunakan senjata Candrasa. Namun Brajamusti membela Gatutkaca.

Selanjutnya terjadi peperangan antara dua raksasa, Brajadenta dan Brajamusti. Keduanya bertarung menggunakan Aji Petak Jagad dan tidak ada yang menang. Tubuh kedua raksasa tersebut mati. Tubuhnya mengecil dan masuk menyatu dengan tubuh Gathutkaca. Sehingga Raden Gatutkaca dinobatkan sebagai Raja Pringgodani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *