YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Prof Dr Azyumardi Azro MA, CBE, menandaskan berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, 88,2 persen dari 260 juta penduduk Indonesia adalah Muslim. Takdir demografi ini harus disyukuri karena Indonesia memiliki potensi besar sebagai penyumbang peradaban Islam dunia.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengemukakan hal tersebut pada Stadium Generale X bagi mahasiswa baru magister, doktor dan profesi Universitas Islam Indonesia (UII), Sabtu (21/12/2019). Stadium Generale mengangkat tema ‘Masa Depan Peradaban Islam.’
Dijelaskan Azyumardi Azro, keberadaan organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan lain-lain akan memberi warna peradaban Islam di Indonesia. “Ada banyak organisasi Islam itu tidak apa-apa. Ini ibarat taman bunga, kalau bunganya hanya mawar saja, tidak ada bunga lain kita bisa bosan. Jadi semakin beragam bunga di kebun semakin indah dilihat,” kata Azyumardi.
Menurut Azyumardi, kerukunan di antara organisasi Islam ini akan menelorkan peradaban Islam di masa depan. Sehingga mereka harus menjaga kerukunan agar tidak terjadi friksi yang bisa menimbulkan perpecahan.
Namun di belahan dunia lain, kata Azyumardi, umat Islam dinilai lebih dungu dari pada keledai. Karena umat Islam jatuh di lubang yang sama berkali-kali, mengulangi kesalahan-kesalahan sebelumnya. “Berantem, bunuh-bunuhan. Itu yang terjadi di Timur Tengah,” katanya.
Saat ini terjadi saling serang di antara negara-negara Muslim. Salah satunya serangan terhadap negara Libya yang dilakukan Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA). Setelah jatuhnya rezim Muammar Kadhafi, Libya pencah menjadi dua yaitu Libya Timur didukung Mesir dan UEA dan Tripoli diakui PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan Internasional.
Umat Islam, kata Azyumardi Azro, tidak mau belajar dengan sejarah kejayaan dan kemunduran Islam di Spanyol. Pada abad 8-14 atau selama enam abad umat Islam yang didukung dengan peradaban ilmu pengetahuan, sain dan teknologi dapat berkuasa di Spanyol dan Andalusia. Namun saat ini bekas-bekas kejayaan tersebut hilang tidak tersisa.
Sebelum abad 8, jelas Azyumardi, berbagai kemajuan peradaban umat Islam mengalami transmisi atau penyebaran ke Eropa dan mendorong terjadinya Aufklarung atau pencerahan di Eropa. Namun abad ke 14 peradaban Islam mengalami kemunduran. “Hal ini banyak faktornya. Salah satunya adalah konflik politik, baik serangan dari luar maupun dari dalam umat Islam sendiri,” katanya.
Kenapa kemunduran bisa terjadi? Hal ini disebabkan adanya friksi di kalangan kaum Muslimin. Kontestasi politik, berebut kekuasaan. Maka yang muncul di Andalusia adalah munculnya kerajaan-kerajaan kecil yang saling berantem berebut kekuasaan.
Sehingga kaum Muslimin menjadi lemah dan mudah digusur oleh Aliansi Kekuatan Katholik. Kemudian mereka melakukan penaklukan kembali sehingga terjadi inkuisisi oleh penguasa Katholik.
“Inkuisisi adalah pertama, orang Muslim diberikan pilihan keluar dari Islam masuk ke Katholik. Kedua, kalau tidak mau masuk Katholik ya dibunuh. Ketiga, Muslim lari dari Andalusia ke Afrika Utara. Mereka benar-benar tercerabut dari negaranya,” jelasnya.
Karena itu, Azyumardi Azro mengingatkan kepada kaum Muslimin agar belajar dari sejarah. Kalau peradaban Islam mau bangkit kembali maka Muslimin jangan berantem. Kaum Muslimin harus toleran satu sama lain. “Memang tidak mungkin membuat orang Islam dalam satu wadah,” tandasnya.