Potensi Ekonomi Islam Belum Dimanfaatkan Optimal

Budi Hanoto, Edy Suandi Hamid, Jumadi diskusi bertema ‘Pengembangan Potensi Ekonomi Umat’ di Yogyakarta, Ahad (20/5/2018). (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc menandaskan potensi ekonomi umat Islam di Indonesia dan dunia sangat besar. Potensi ini bisa menggerakan ekonomi umat Islam itu sendiri juga semua insan yang ada di muka bumi, sesuai dengan nilai-nilai keislaman.

Edy Suandi Hamid mengemukakan hal itu saat menjadi pembicara kunci pada diskusi bertema ‘Pengembangan Potensi Ekonomi Umat’ di Yogyakarta, Ahad (20/5/2018). Diskusi yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta (ISEI DIY) bekerjasama dengan UWM menghadirkan Dr Budi Hanoto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY dan ikuti pengurus ISEI DIY, Dekan Fakultas Ekonomi, Kaprodi Manajemen dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Edy mengatakan perkembangan ekonomi Islam, khususnya keuangan Islam semakin pesat. Perkembangan ini tidak hanya di negara Islam namun juga negara-negara yang ekonominya kuat mengembangkan ekonomi sesuai prinsip-prinsip keuangan Islam.

“Dengan potensi yang sangat besar tersebut seharusnya Umat Islam dapat menunjukkan implemantasi ajaran Islam di muka bumi ini. Namun sayangnya semua itu masih jauh dari menggembirakan. Umat Islam yang jumlahnya 23% ini hanya berkontribusi sebesar 6,6% dari produk domestic bruto dunia,” tandas Edy.

Selain itu, kata Edy, dalam kontek pengembangan ekonomi Islam memang cenderung masih terbatas pada sektor keuangan. Belakangan ini sudah meluas ke sektor riil walaupun masih relatif lambat. “Penyebab melambatnya perkembangan ini adalah Pengenalan prinsip-prinsip ekonomi Islam masih terbatas di kalangan umat, keterbatasan sumberdaya manusia, praktek keuangan syariah belum sempurna dan kadang masih dianggap berbau konvensional,” ujarnya.

Sedang Budi Hanoto menyoroti ekonomi umat dilihat dari keberadaan pondok pesanteran. Menurutnya, potensi pesantren dalam pembangunan nasional sangat strategis karena pesantren mempunyai tiga fungsi strategis. Ketiga fungsi tersebut adalah sebagai pengkader pemikir agama, lembaga yang mencetak sumber daya manusia, lembaga yang dapat melakukan pemberdayaan ekonomi umat.

Pesantren diharapkan dapat melakukan perubahan pengelolaan yang lebih baik, pembiayaan pengembangan pesantren dari dana Corporate Social Responsibility (CSR), membuat holding bisnis, dan mencangkokan dana UKMK kepada pesantren.

Untuk itu BI DIY membuat road map terhadap pesantren yaitu menanamkan mindset wirausaha, meningkatkan kemampuan di bidang keuangan, dan masuknya koperasi masuk ke pesantren. “Namun hal ini juga masih mengalami permasalahan. Di antaranya, rendahnya SDM santri, pemilik dan pengelola masih tercampur, pesantren tidak mudah untuk dimasuki pihak luar (masih tertutup), kelemahan dalam bidang teknologi informasi, masalah legalitas, serta kurangnya pemasaran,” kata Hanoto.

Dr. Jumadi, SE, MM yang juga Wakil Rektor III Universitas Widya Mataram menyampaikan potensi ekonomi umat ini sangat besar. Sebab Indonesia memiliki SDM yang cukup banyak dengan kesamaan idiolegi dan ketakwaan serta sumber daya alam yang melimpah yang menjadi potensi ekonomi umat.

Menurut Jumadi potensi ini dapat mewujudkan pemberdayaan ekonomi umat manakala minimal dapat mengintegrasikan tiga bidang yang mendasar yaitu pertanian, peternakan dan perikanan. “Jikalau ketiga potensi Ekonomi tersebut dapat dioptimalkan diharapkan akan mewujudkan kemandirian ekonomi umat,” kata Jumadi.

Namun kualitas SDM masih terbatas sehingga perlu ada sentuhan dana CSR untuk meningkatkan kapabilitas para pelaku usaha. Salah satu contohnya adalah kelompok tani yang mayoritas pendidikannya masih rendah. Mereka perlu diberikan pembekalan melalui penyaluran CSR pemberdayaan. “Hal lain yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan potensi umat adalah mengoptimalkan peran koperasi yang selama ini terasa mati terutama Koperasi Unit Desa (KUD),” ujar Jumadi.

Dr Rudi Bahrudin dari STIE YKPN pernah melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Zakat dan Wakaf terhadap Ekonomi Indonesia. Hasil dari penelitiannya, zakat dan wakaf tidak berpengaruh signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Karena masyarakat masih ingin untuk melakukan sendiri tidak menyalurkan melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Menurut Dr. Makruf mengatakan pemberdayaan ekonomi umat jangan mendikotomi milik Islam saja. Sebab aktivitasnya bias jikadilakukan oleh orang-orang di luar Islam. Hal yang terpenting adalah basic aktivitasnya idelanya sesuai dengan kaidah-kaidah Islami.

Sementara Prof Mudrajat Kuncoro, dosen FE UGM menambahkan dalam rangka meningkatkan potensi umat agar tepat sasaran maka dapat difokuskan kepada desa-desa termiskin di DIY. Saat ini masih ada 13 desa yang miskin di Kabupaten Kulonprogo dan di Gunungkidul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *