Perguruan Tinggi Miliki Tanggung Jawab Tingkatkan Ketahanan Budaya

Edy
Edy Suandi Hamid saat menyampaikan pidato kunci pada Osmaba UWM, Senin (11/9/2023). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Prof Dr H Edy Suandi Hamid MEc menandaskan perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab formal dan moral dalam mengembangkan, melestarikan, dan meningkatkan ketahanan budaya. Sedang dalam pergaulan dengan budaya asing, ada yang harus dilestarikan, dikembangkan dan ditinggalkan atau disaring.

Edy Suandi Hamid mengemukakan hal tersebut pada pidato kunci Studium Generale dan Orientasi Studi Mahasiswa Baru (Osmaba) UWM Tahun Akademik 2023/2024 di Kampus Terpadu Jalan Tata Bumi Selatan, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (11/9/2023). UWM memiliki visi menjadi universitas berbasis budaya yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut Edy Suandi Hamid menjelaskan pendidikan berbasis budaya adalah menempatkan nilai-nilai luhur budaya dalam pendidikan meliputi tiga hal. Pertama, nilai luhur budaya ditempatkan sebagai aspek penting dalam tujuan pendidikan. Kedua, nilai luhur budaya ditempatkan sebagai pendekatan (dipraktekkan) dalam penyelenggaraan pendidikan, baik dalam pembelajara maupun dalam manajemen pendidikan. Ketiga, nilai luhur budaya ditempatkan sebagai isi/muatan penting dalam pendidikan.

Edy menambahkan perguruan tinggi sebagai pemangku kebudayaan memiliki tugas melestarikan budaya adiluhung, menyiapkan pendidikan karakter, dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam pendidikan. “Langkah dan strategi yang harus dilakukan meliputi perlindungan, penjagaan, pelestarian; pengembangan; pemanfaatan; dan pembinaan,” kata Edy.

Selain itu, kata Edy, mahasiswa juga memiliki peran dalam melestarikan budaya. Sebab mahasiswa sebagai Leader of Tomorrow dan mereka akan memberikan kontribusi pada pelestarian budaya.

Edy juga menjelaskan tentang empat peran perguruan tinggi di era digital memberikan bekal mahasiswa digital skills, agile thinking ability, interpersonal and communication skills, dan global skills. Digital Skills, perguruan tinggi harus memastikan mahasiswa memiliki keterampilan digital yang kuat, termasuk pemahaman teknologi.

Kemudian agile thinking ability adalah mahasiswa dituntut dapat berpikir fleksibel dan kreatif untuk menghadapi perubahan. Interpersonal and communication skills adalah kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang lain. Global skills adalah mahasiswa wajib memiliki keterampilan global seperti berbahasa asing dan pemahaman budaya yang beragam.

Saat ini, kata Edy, budaya sudah memasuki era hypertext sehingga perguruan tinggi memiliki peran dalam mempertahankan tradisi dan membentengi pengaruh teknologi pada budaya. Kampus menjadi benteng ketahanan budaya karena itu perguruan tinggi memiliki enam peranan penting yaitu pertama, membangun fondasi kuat untuk ketahanan budaya pada mahasiswa.

Kedua, kampus sebagai lembaga pendidikan multikultural mempromosikan pemahaman dan toleransi antarbudaya melalui kurikulum yang inklusif. Ketiga, kampus menjadi pusat penelitian, konservasi, dan penyajian budaya tradisional. Keempat, kampus dapat menyediakan pelatihan dan pendidikan untuk mengembangkan keterampilan budaya yang diperlukan dalam dunia modern. Kelima, kampus bertugas memperkuat jati diri bangsa melalui pengajaran nilai-nilai budaya. Keenam, kampus menjadi teladan dalam pemeliharaan budaya.

“Dengan menjalankan peran-peran tersebut, perguruan tinggi dapat berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan ketahanan budaya dalam masyarakat, dengan mengambil peran dalam melestarikan dan mempromosikan budaya kita,” kata Edy. (*)