Pemerintah Harus Mengejar Keterlambatan Tangani Covid-19

Dikanaya Dikanaya Tarahita (kanan atas) dan Muhammad Zulfikar Rahmat (kanan bawah) saat menyampaikan paparannya pada Bedah Buku Covid-19, Jumat (18/12/2020). (foto : screenshotzoom/heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Respons pemerintah Indonesia dan masyarakat terkait virus Covid-19, di mana sejak mulai masuk, pemerintah cenderung meremehkan dan menganggap sepele serta masyarakat juga cenderung mengabaikan penyebarannya. Akibatnya, penanganannya terlambat dan penyebaran terus berlangsung hingga akhir tahun 2020.

“Kasus Natuna ketika ada evakuasi penderita Covid-19, pemeritah tidak serius menanganinya. Padahal orang yang mengevakuasi menggunakan APD (alat pelindung diri). Pemerintah tidak begitu serius. Masih simpang siur, pemerintah mengumumkan kasus pertama berasal,” kata Dr Muhammad Zulfikar Rakhmat, pada bedah buku ‘Covid-19 di Indonesia’ secara Daring, Jumat (18/12/2020).

Bacaan Lainnya

Buku ‘Covid-19 di Indonesia’ ditulis Dr Muhammad Zulfikar Rakhmat, Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) dan isterinya, Dikanaya Tarahita, MSc, Jurnalis Independen, Co-founder Sekolabilitas. Buku dibedah Faisal Basri, SE, MA (Pendiri & Ekonom Senior INDEF), Vinsensio MA Dugis, PhD (Visiting Associate Professor, National Chengchi University, Taiwan), dan Octo Noor Arafat, SIP, MSi (Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta).

Lebih lanjut Zulfikar mengatakan berdasarkan data WHO, Indonesia masih menjadi negara dengan statistik penyebaran virus Covid-19 tertinggi se-Asia Tenggara. Setelah penyebaran virus sudah tidak terkendali, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk bangkit dari keterpurukan dengan menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Namun, kata Zulfikar, upaya tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan. Sebab pemerintah cenderung lebih mementingkan ekonomi dibanding kesehatan dan keselamatan masyarakat. Sampai saat ini, pemerintah masih kurang tegas dalam menangani penyebaran virus Covid-19.

Buku ini, tambah Zulfikar, mencoba memberikan gambaran dinamika pandemi Covid-19 di Indonesia dari perspektif ekonomi, politik, sosial dan hubungan internasional. “Selain itu, buku ini juga menyinggung bagaimana hubungan antara Tiongkok dan Indonesia di tengah pandemi,” kata Zulfikar yang juga telah menulis lima buku dan 331 artikel opini di media internasional.

Disampaikan Zulfikar, di tengah sibuknya dunia menangani penyebaran virus, para ilmuwan dan peneliti juga berusaha mengamati perubahan-perubahan yang ditimbulkan akibat virus ini, mulai dari dampak di bidang kesehatan, ekonomi, sosial, bahkan di bidang politik. “Terutama di Indonesia yang merupakan salah satu negara yang paling terdampak,” tambahnya.

Sedang, Dikanaya Tarahita menjelaskan buku ini disusun berdasarkan kompilasi kumpulan artikel-artikel yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia guna memberikan akses yang lebih luas kepada pembaca di Indonesia. “Harapannya, buku ini mampu memberikan kontribusi bagi penyelesaian pandemi Covid-19 dan berbagai implikasi negatif yang dialami oleh Indonesia,” kata Dika.

Buku ini juga diharapkan dapat menyadarkan semua lapisan masyarakat untuk ikut berperan dalam menangani penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Sehingga Covid-19 bisa lenyap dari bumi Indonesia.

Sementara Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPISB) UII, Dr H Fuad Nashori, SPsi, MSi, MAg mengatakan kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19 tidak seiriama dengan kasusnya. Sehingga kasusnya dari hari ke hari mengalami kenaikan.

“Saya mengapresiasi panitia yang telah melakukan bedah buku, karya dosennya sendiri. Tradisi ini patut dipelihara. Sehingga bisa melestarikan visi UII sebagai universitas yang rahmatan lil alamin,” kata Fuad Nashori.