Menumbuhkan Hasrat Menulis Ala Yusdani FIAI UII

Yusdani FIAI UII
Dr. Drs Yusdani, M.Ag dosen FIAI UII penulis 11 buku sepanjang tahun 2023 (foto:IPK)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Sepanjang tahun 2023, Dr. Drs Yusdani, M.Ag berhasil menuntaskan naskah tulisan hingga berhasil terbit menjadi 11 buku. Sebagai dosen di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII), Yusdani menempa diri untuk selalu menyempatkan menulis naskah buku, sedikit demi sedikit tapi terus berkelanjutan. Pria kelahiran 1962 di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan ini menyempatkan berbagi pengetahuan untuk menumbuhkan hasrat menulis karya, sambil mengetik naskah tulisan di Kampus FIAI UII Jalan Kaliurang km. 14  Sleman.

“Menulis buku itu harus dijadikan kebiasaan, walau mungkin tidak terduga animo peminat bukunya. Kadang yang dianggap akan diminati banyak orang, setelah terbit malah rendah minatnya. Tapi ketika menulis naskah buku sambil merasa tema ini akan sepi peminat, justru bukunya banyak diminati orang. Sehingga jika ada gagasan ya tulis saja, abaikan bagaimana animo masyarakat terhadap tema tersebut,” ungkap Yusdani.

Adapun 11 buku karya Yusdani, baik ditulis sendiri maupun kerjasama dengan dosen lain, sepanjang tahun 2023 yakni; Syariat Islam Antara Utopisme dan Tuntutan Modernitas, Islam dan Gender dalam Kitab Simbur Cahaya, Ijtihad Kemanusiaan dalam Dialektika Ortodoksi dan Ortopraksi, Hukum Islam Mazhab Utilitarianistik Studi Pemikiran Hukum Najmuddin at-Tufi, Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Perspektif Fikih, Dinamika Islam di Kawasan Balkan Pemikiran Modernis dan Reformis Husein Dozo, Teologi Baru Politik Muslim Pertautan Agama, Negara, Politik dan Isu-Isu Politik Kontemporer, Kearifan Lokal di Tengah Arus Globalisasi Resiliensi Tradisi Perkwainan dan Waris Suku Komering di Sumatera Selatan, Konsep Agama Hijau (Greendeen) atas Kerusakan Lingkungan Hidup, Waris Beda Agama Perspektif Keadilan dan Islam dan Multikulturalitas di Indonesia

Yusdani sampaikan 4 tip meningkatkan semangat menulis sebagai tantangan seorang dosen. Pertama, efektifkan waktu, artinya setiap ada gagasan jangan ditunda-tunda, segera tuliskan jadi draft, segera mencari literaturnya. Kedua, pentingnya memikirkan kerangka dan draft tulisan secara utuh, sehingga menghindari gagasan mentah. Ketiga, tidak harus menuntaskan 1 naskah buku, tapi bisa berbarengan 2 hingga 3 naskah ditulis berbarengan sambil terus mengumpulkan gagasan dan referensi. Keempat, sebagai dosen pentingnya menangkap gagasan dari pertanyaan mahasiswa terutama dari program magister dan doktor.

“Saat mengajar untuk program magister dan doktor, kadang muncul pertanyaan mahasiswa yang kritis dan menggelitik, nah itu bisa dijadikan topik untuk menulis buku. Jadikan itu sebagai motivasi untuk menjawab pertanyaan dengan buku. Misal ketika mengajar di program doktor, inti keilmuwannya kan tentang fikih, nah di sana bisa muncul permasalahan yang belum ada jawabannya. Di sinilah kesempatan untuk menggali gagasan atas solusi dari persoalan tersebut,” ujar Yusdani.

Imbuhnya, ketika sedang marak bahasan tentang persoalan lingkungan dan membutuhkan solusi fikih, maka itu kesempatan untuk menggali gagasan berkenaan fikih lingkungan. Di sisi lain, tulisan tidak saja kental muatan akademis, tapi juga bisa populis, sehingga memperlebar kesempatan untuk bisa menulis di banyak media.

“Belum lama ini saya diminta sebuah majalah di Jombang, dituntut menulis tentang bagaimana santri mengelola negara ini, tapi tulisannya dengan gaya populis, dengan bahasa yang lebih populer. Kalau di tempat lain harus dibatasi jumlah halaman, namun di  majalah ini tidak dibatasi, sehingga bisa mengedukasi dengan kedalaman materi yang luas,” ujas Yusdani.

Dalam memperluas gagasan dan peningkatan mutu buku, Yusdani juga berkolaborasi dengan penulis lain.
”Saat ini saya sedang bekerjasama dengan Dr. Asmuni dan Dr. Supriyanto Abdi, sedang menulis naskah buku, berkenaan dengan pandangan Islam dan mulikultural yang khas Indonesia. Tema fikih keindonesiaan, karena di Indonesia ini berbeda dengan negara lain, karena ada karakteristik komunal dan karakteristik relijius, sehingga teorinya akomodatif,” jelas Yusdani. (IPK)