Masyarakat Siap Evakuasi Tekan Korban Jiwa

Dwi Handayani saat memaparkan hasil penelitian di Kampus FTI UII Yogyakarta, Senin (28/1/2019). (foto : heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Peningkatan jumlah masyarakat siap untuk dievakuasi dapat menekan jumlah korban jiwa dari bahaya letusan Gunung Merapi. Namun hal itu perlu didukung tersedianya kendaraan yang siap dan jalan-jalan mulus agar kecepatan kendaraan bisa maksimal.

Hal itu diungkapkan Dr Dwi Handayani, dosen Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) kepada wartawan di Yogyakarta, Senin (28/1/2019). Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil penelitian untuk desertasi berjudul ‘Analisis Dinamika Evakuasi saat Bencana Letusan Gunung Api, Studi Kasus Gunung Merapi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.’

Bacaan Lainnya

Desertasi tersebut berhasil dipertahankan pada Program Studi S3 Ilmu Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ia menjadi doktor ke sembilan pada Jurusan Teknik Industri FTI UII.

Lebih lanjut Dwi Handayani mengatakan permasalahan sistem evakuasi bencana, khususnya bencana letusan Gunung Merapi merupakan persoalan yang kompleks dan dinamis. Karena itu, persoalan evakuasi membutuhkan pemecahan struktural agar tidak menimbulkan banyak korban jiwa.

“Pemecahan masalah dilakukan dengan menganalisa dinamika sistem tersebut. Di antaranya, mempelajari pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan sistem seiring dengan bertambahnya waktu. Sistem tingkah laku masyarakat muncul dari struktur kebijaksanaan,” kata Dwi.

Dalam penelitian, jelas Dwi, ada lima tipe perilaku masyarakat yaitu official leader; cultural leader; vulnerable group; prepared community member; unprepared community member yang selanjutnya disebut agents. Para pemimpin diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat agar memiliki pola pikir siap dievakuasi.

Selanjutnya, kata Dwi, ketersediaan kendaraan dengan bahan bakar yang cukup dan jalan mulus menuju tempat pengungsiaan perlu diperhatikan. Pengemudi kendaraan juga harus paham rute yang akan dilalui untuk menuju ke pengungsian. “Jangan sampai terjadi kendaraan siap, jalan mulus, sopir tidak tahu jalan menuju ke pengungsian,” tandas Dwi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *