Manajemen Waktu Kunci Lulus Lebih Cepat bagi Mahasiswa Bekerja

Prof Dr Muhammad Zarlis
Prof Dr Muhammad Zarlis saat menyampaikan materi Kuliah Umum. (foto : screenshotzoom/heri purwata)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Mahasiswa program magister sebagian besar sudah bekerja. Mereka bertekat kuliah sambil bekerja untuk meningkatkan kapasitas yang dapat mendukung kinerja di kantornya. Selama kuliah, tentu mereka memiliki tanggung jawab tugas dari dosen dan pekerjaan kantor yang harus diselesaikan dalam waktu bersamaan.

“Manajemen waktu sangat penting agar dapat lulus kuliah tepat waktu atau bahkan lebih cepat,” kata Ir Irving Vitra Paputungan, ST, MSc, PhD, Ketua Program Studi Informatika Program Magister Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) pada Kuliah Umum, Sabtu (23/9/2023).

Bacaan Lainnya

Kuliah Umum ini mengangkat tema ‘Strategi Lulus Kuliah Tepat Waktu, bagi Mahasiswa (Bekerja).’ Kuliah Umum bagi mahasiswa baru ini menghadirkan nara sumber Prof Dr Muhammad Zarlis, MSc, Guru Besar di Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara.

Lebih lanjut Irving mengatakan setiap orang memiliki opsi untuk lanjut kuliah atau bekerja terlebih dahulu. Kadang kala ada pula orang yang tetap melanjutkan perkuliahan, namun juga sambil bekerja. Tentunya hal tersebut bukanlah hal yang mudah sebab rentan mengalami stres dan rasa lelah.

Selain itu, tambah Irving, jika tidak memahami bagaimana cara mengontrol rasa stres tersebut, maka akan sulit dalam menjalani keduanya bisa berjalan secara seimbang. Mahasiswa yang bekerja memiliki beban tugas yang lebih besar dari pada mahasiswa pada umumnya.

“Adanya dua tuntutan secara bersamaan yang berbeda mampu membuat timbulnya stres. Karena itu, mahasiswa dituntut menerapkan manajemen waktu dan strategi mengelola stres dalam menghadapi tekanan. Kuliah Umum ini untuk memberikan pemahaman dan motivasi serta semangat agar mahasiswa rajin kuliah dan dapat lulus tepat waktu,” harap Irving.

Sementara Prof Muhammad Zarlis mengatakan link and match merupakan jembatan yang menghubungkan perguruan tinggi dan dunia usaha. Konsep link and match merupakan terminologi yang bersumber dari aliran belajar behavioral. Terminologi itu kemudian dikenal dengan learning by doing yang menghendaki agar proses belajar berjalan sambil melakukan sesuatu hal nyata dalam kehidupan.

Muhammad Zarlis menjelaskan konsep link and match bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Sejak awal abad ke-20, link and match merupakan terminologi yang bersumber dari aliran belajar behavioral. Terminologi yang menekankan learning by doing.

“Dengan cara seperti itu orang yang sedang belajar memiliki pengalaman aktual, empirik dan nyata dalam proses belajarnya. Jika sambil belajar kita memperoleh pengalaman nyata dan aktual, pada hakekatnya proses itu juga mencerminkan keadaan link and match,” kata Muhammad Zarlis.

Muhammad Zarlis menambahkan konsep link and match dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan tenaga kerja. Perguruan Tinggi perlu melakukan kerjasama sinergis dengan dunia kerja profesional agar relevansi pendidikan tinggi dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu.

“Tentu dengan prinsip kerja di mana perguruan tinggi harus mampu memberikan keuntungan juga bagi dunia usaha (model manajemen win-win), jika akan melakukan program link and match. Tanpa ada keuntungan, baik langsung maupun tidak langsung, dunia usaha akan enggan berpartisipasi dalam program link and match, meskipun program itu dijanjikan dalam jangka panjang akan menguntungkan banyak pihak,” jelas Zarlis. (*)