Mahasiswa Kimia UII Raih RSC Award di Malaysia

Mahasiswa Prodi Kimia FMIPA UII saat menerima RSC Award di Malaysia, 1 Desember 2018. (foto : istimewa)

Khoirunnisa, Fernanda Ramadhan Fauzi Firdaus, dan Desi Nasriyanti, tiga mahasiswa Program Studi Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) tak menyangka bakal meraih Royal Society Chemistry (RSC) Award di Malaysia. Saat mendengar pengumuman dari panitia, mereka tidak percaya jika meraih penghargaan tersebut.

“Pas pengumuman kita nggak percaya. Ini bener atau tidak, jangan-jangan milik peserta lain. Memang ada peserta lain yang idenya sama, datanya lengkap dan ada hasil akhir. Sedang kita masih di awal. Mereka Bahasa Inggrisnya bagus, kita masih ngapalin. Ternyata miliki kita, alhamdulillah,” kata Fernanda yang didampingi Khoirunnisa dan Desi Nasriyanti di Kampus FMIPA UII Yogyakarta, Kamis (13/12/2018).

Bacaan Lainnya

Ketiga mahasiswa tersebut mengajukan hasil penelitian berjudul ‘Konversi CO2 menjadi Gas Metana Menggunakan Katalis dari Batang Pisang sebagai Energy Berkelanjutan.’ Hasil penelitian dilombakan pada SEAGIC (South East Asia Global Innovation Challenge) di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), 1 Desember 2018.

Lomba ini diadakan setiap tahun dengan tema yang berbeda dan dilaksanakan di Universiti Kebangsaan Malaysia. Partisipan diharuskan membuat video hasil penelitian dengan durasi selama tiga menit sesuai dengan tema yang diajukan dan dikirimkan ke panitia lomba.

Para partisipan yang terpilih diundang ke Malaysia untuk mepresentasikan hasil penelitiannya. Ada tiga jenis pemenangyaitu juara 1, 2, 3, best poster (1 dan 2) serta juara favorit dari RSC (Royal Society of Chemistry) dan ACS (American Chemical Society). Tahun ini mengangkat tema “Sustainable Energy, Doesn’t Cost The World”.

Dijelaskan Fernanda, juru bicara tim, selama 15 tahun terakhir penggunaan energi di ASEAN (Association South East Asia Nation) telah meningkat 60 persen. Hal ini menyebabkan negara-negara di ASEAN harus menciptakan suatu sumber energi yang berkelanjutan.

Karena itu, kata Fernanda, timnya membuat gas metana dari CO2 yang jarang dimanfaatkan. Pertama, dibuat metanol dari CO2 yang dengan reaksi hidrogenasi pada suhu 500◦ C menggunakan katalis batang pisang.

Selanjutnya, metanol direduksi menjadi gas metana sebagai bahan bakar gas yang merupakan sumber energi berkelanjutan. Gas metana adalah salah satu bahan bakar gas yang paling efisien dan rendah emisi dibandingkan dengan bahan bakar minyak. “Dengan proses lebih lanjut gas metana juga dapat digunakan sebagai sumber energi listrik yang tidak merusak bumi,” kata Fernanda .

Menurut Fernanda, Khoirunnisa dan Desi Nasriyanti dengan penghargaan ini membuat mereka lebih percaya diri. Mereka bertekat untuk mengikuti kompetisi internasional lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *