YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Beberapa waktu lalu, muncul wacana Islam di Indonesia yaitu Islam Indonesia atau Islam Nusantara. Munculnya diskursus ini telah menimbulkan kontroversi pro dan kontra di kalangan masyarakat umum dan internal Universitas Islam Indonesia (UII). Terlepas dari pro dan kontra, terminologi tentang Islam Indonesia mewakili berbagai perspektif yang komplek.
Hal itu diungkapkan Dr Yusdani, Sekretaris Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Agama Islam (PPs FIAI) UII Yogyakarta pada pembukaan seminar ‘Indonesian Islam: Changing Landscape, Pragmentation and Contestation’ di Kampus UII Demangan Yogyakarta, Sabtu (24/3/2018). Seminar menghadirkan pembicara Prof Dr Faisal Ismail MA, Prof Dr Abdul Karim, Dr Munirul Ikhwan (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta), Ganjar Widhiyoga PhD (Universitas Gadjah Mada), Drs Suwarsono Muhammad MA (UII), dan Dr Zuly Qodir (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).
Lebih lanjut Yusdani mengatakan dalam memahami Islam Indonesia ada dua pembacaan atas dua realitas yaitu realitas Islam dan realitas Indonesia. “Selain itu, juga memformulasikan sebuah pandangan moderat atas berbagai ekstrimitas dari yang liberal hingga radikal,” kata Yusdani.
Bahkan, ujar Yusdani, juga terkandung pembahasan strategi mentransformasikan Islam dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia, proses pribumisasi Islam di Indonesia, dan kekuatan etis pembebas Islam. Hal ini semua membentuk keunikan Islam Indonesia.
Sedang pendeklarasian identitas Islam Indonesia merupakan hasil pembacaan ulang yang penuh kearifan atas realitas Islam dan realitas Indonesia. Dalam konteks masa kini sangat dibutuhkan pertimbangan yang ada di masa lalu. “Inilah fungsi adagium ‘memelihara yang lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik’ atau kembali kepada Alquran dan Hadist. Tentu didukung kerja intelektual yang serius dan bisa dipertanggungjawabkan,” tandas Yusdani.
Dengan membaca kedua realitas (realitas Islam dan realitas Indonesia), keunikan Islam Indonesia dapat ditemukan. Di antaraya, berkarakter Islam yang wasatiyah, terbuka, ramah dengan lokal wisdom atau kearifan lokal, strategi perjuangan penuh kedamaian, pribumisasi dan pembebas.
“Dalam konteks Program Pascasarjana FIAI UII, terutama Program Studi Doktor Hukum Islam, wacana Islam Indonesia merupakan segmen keilmuan yang strategis. Karena itu, sejak dibuka Program Doktor Hukum Islam PPs FIAI UII berkomitmen mengembangkan keilmuan Hukum Islam Indonesia,” katanya.
Seminar ini, kata Yusdani, digelar bersamaan denga launching dan sosialisasi Jurnal Indonesia Journal of Interdisciplinary Islamic Studies (IJIIS). Jurnal ini diterbitkan Program Studi Doktor Hukum Islam PPs FIAI UII untuk edisi April 2018.
Sementara Suwarsono Muhammad mengatakan saat ini Islam Indonesia mendapat sorotan tajam. Terutama saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu. “Beberapa akademia, menilai Islam Indonesia bergeser ke kanan jauh, menjadi populisme Islam kanan, dan sekaligus dinilai sebagai sebuah fenomena paradog demokrasi. Bahkan Islam Indonesia menjadi tertuduh menganggu proses pendalaman demokrasi,” kata Suwarsono.