Guru Besar UGM : Pengolahan Limbah Ciptakan Sistem Peternakan Berkelanjutan

Prof Nanung Agus Fitriyanto
Prof Nanung Agus Fitriyanto saat menyampaikan pidato pengukuhan di Kampus UGM. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — Limbah usaha peternakan terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan pangan hewani. Limbah-limbah tersebut berpotensi mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia jika tidak dilakukan pengolahan secara baik.

Padahal jika limbah peternakan dikelola dengan baik justru banyak mendatangkan keuntungan. Pengolahan limbah yang baik akan mendukung prinsip keberlanjutan industri peternakan dan menciptakan nilai tambah bagi peternak.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut diungkapkan Guru Besar BidangTeknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan UGM, Prof Ir Nanung Agus Fitriyanto, SPt, MSc, PhD, IPM pada pidato pengukuhan di Balai Senat UGM, Rabu (5/3/2024). Prof Nanung Agus Fitriyanto menyampaikan pidato pengukuhan berjudul ‘Strategi Mengurangi Dampak Limbah Industri Peternakan Melalui Pemanfaatan Bahan Lokal.’

“Salah satu pengolahan limbah yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan energi biogas, yakni hasil pengolahan feses melalui digesti anaerobik untuk menghasilkan metan,” kata Prof Nanung Agus Fitriyanto.

Lebih lanjut Nanung menjelaskan biogas ini dapat digunakan sebagai sumber energi untuk memasok listrik atau panas bagi peternakan dan masyarakat. Bahkan, dari penelitian yang telah dilakukan diketahui biogas yang telah dipurifikasi untuk menghilangkan CO2, H2O, dan H2S, memiliki peluang yang bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Selain itu, sludge hasil digesti anaerob feses ternak, bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau sebagai media alternatif budidaya jamur merang yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Di sisi lain, kata Nanung, keberadaan limbah padat berupa bulu unggas pada industri pemotongan ayam juga tidak dapat dielakkan. Bulu unggas mengandung protein keratin yang tinggi, sehingga susah untuk dicerna dan terdegradasi oleh tanah. Beberapa usaha telah dilakukan dalam memanfaatkan enzim hasil mikroorganisme untuk mencerna bulu unggas agar dapat menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. “Produk hasil ikutan ternak juga mempunyai peluang untuk bisa meningkatkan added value dari turunan produk-produk hasil ternak,” kata Nanung.

Nanung menyampaikan inovasi dalam pengembangan produk-produk baru yang memanfaatkan limbah peternakan dapat menciptakan peluang bisnis baru. Pengembangan solusi-solusi ini membutuhkan kombinasi dari inovasi teknologi, manajemen penanganan limbah yang efektif, dukungan regulasi, dan partisipasi aktif dari pemangku kepentingan dalam rantai industri peternakan. Kesadaran akan potensi pengembangan limbah peternakan dapat membantu menciptakan sistem peternakan yang lebih berkelanjutan dan berdampak positif bagi lingkungan.

Nanung menegaskan penanganan limbah harus menjadi salah satu agenda prioritas yang dilaksanakan secara komprehensif dengan melibatkan masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan yang lain. Hal itu perlu dilakukan untuk menjamin keberlanjutan industri peternakan dan menghindari potensi permasalahan sosial yang ada.

Komunitas sebagai representasi masyarakat dan pihak yang merasakan dampak langsung dari keberadaan limbah industri peternakan, juga harus memiliki peran aktif dalam mengontrol aktivitas industri peternakan yang ada. “Selanjutnya, peran pemerintah juga sangat menunjang dalam memberikan aturan dan regulasi yang jelas untuk digunakan oleh industri dalam melaksanakan aktivitas secara berkelanjutan dan ramah lingkungan,” katanya. (*)