FDR Xair, Alat Deteksi TBC Dapat Menjangkau Kampung-Kampung

FDR Xair
FKKMK UGM mendapat bantuan hibah FDR Xair dari Fujifilm Indonesia. (foto : istimewa)

YOGYAKARTA, JOGPAPER.NET — FDR Xair, alat rontgen Portable Digital X-ray yang dilengkapi Artificial Intelligence (AI) sangat membantu tugas pemantauan penderita tuberkulosis (TBC) di masyarakat. FDR Xair yang memiliki bobot kurang lebih tiga kilogram bisa dibawa masuk ke kampung-kampung dan daerah terpencil.

Demikian diungkapkan Project Leader Zero TB Yogyakarta, dr Rina Triasih, Sp A(K), PhD menanggapi bantuan hibah FDR Xair dari Fujifilm Indonesia kepada Fakultas Kedokteran Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM). Bantuan hibah FDR Xair diserahkan Presiden Direktur Fujifilm Indonesia, Masato Yamamoto kepada Dekan FKKMK UGM dr Yodi Mahendradhata, MSc, PhD, di Auditorium Tahir Foundation FKKMK UGM, Rabu (9/8/2023).

Bacaan Lainnya

Rina Triasih menjelaskan salah satu kegiatan utama Zero TB Yogyakarta melakukan deteksi tuberkulosis menggunakan rontgen dada. Untuk pemantauan harus membawa alat rontgen seberat 250 kilogram menggunakan bus mengunjungi masyarakat.

“Saya kira ini inisiatif bagus sebagai komitmen dari pihak non government untuk ikut eliminasi TB di Indonesia. Sebelumnya kita secara aktif berkeliling dari desa ke desa, kalau dulu pakai bis atau mobil. Dengan alat yang lebih kecil ini bisa mencapai lokasi yang sulit ditempuh,” kata Rina Triasih.

FDR Xair, kata Rina, akan lebih mendekatkan layanan ke masyarakat mengingat wilayah DIY juga beragam meliputi perkotaan, pesisir maupun dataran tinggi. Ia sangat mengapresiasi dukungan dari Fujifilm Indonesia dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia. Ia berharap akan banyak pihak lainnya yang terlibat dalam upaya yang sama karena eliminasi TBC bukan hanya merupakan tanggung jawab sektor kesehatan, dan hanya akan tercapai jika semua pihak terlibat.

Menurut Rina, selama kurang lebih satu tahun menggunakan FDR Xair, pihaknya telah melakukan skrining TBC pada 18.207 populasi risiko tinggi tuberkulosis, dan menemukan 3.474 (18,4%) terduga TBC, dan 260 pasien TBC (1,4%). Selanjutnya dari temuan tersebut ditindaklanjuti agar pasien berobat ke Puskesmas. “Selama ini pasien tidak mengetahui jika ia sudah terkena TBC,” kata Rina.

Masato Yamamoto menjelaskan FDR Xair merupakan alat rontgen portable inovasi Fujifilm yang memiliki keunggulan. Di antaranya, mampu melakukan foto rontgen dengan lebih cepat, dosis radiasi yang rendah dan mudah dibawa kemana saja, termasuk ke daerah-daerah yang lokasinya jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan.

“Penggunaan alat ini dapat mempercepat proses skrining penyakit tuberkulosis menggunakan rontgen dada. Sebab alat ini sudah dilengkapi dengan artificial intelligence (AI) yang akan membantu dalam menentukan terduga sakit tuberculosis,” kata Yamamoto.

Sedang Dekan FKKMK UGM, Yodi Mahendradhata menjelaskan TBC merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian apabila terlambat ditangani. Penyakit ini erat kaitannya dengan kondisi kemiskinan, pemukiman yang padat penduduk, kondisi tempat yang terisolasi, dan daya tahan tubuh yang rendah.

Indonesia termasuk negara dengan jumlah pasien tuberkulosis terbanyak di dunia bersama India dan Cina. Tahun 2022, jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 717.941 kasus. Jumlah ini masih di bawah 969.000 kasus yang diperkirakan.

Kata Yodi, salah satu penyebab masih banyak pasien TBC yang belum periksa dan berobat ke layanan kesehatan karena kesulitan akses ke layanan pemeriksaan TBC. Di antaranya, alasan ekonomi, dan kendala geografis (lokasi terpencil). Saat ini pemerintah telah menargetkan setidaknya 90 persen dari kasus tuberkulosis di Indonesia dapat terdeteksi pada 2024.

Menurut Yodi, upaya penemuan kasus secara aktif menjadi langkah penting dalam penanggulangan TBC. Penggunaan Portable Digital X-ray ini menjadi salah satu solusi untuk menemukan kasus TBC.

Di Yogyakarta, kata Yodi, FKKMK UGM telah melakukan penanggulangan kasus ini dengan program Zero TB Yogyakarta. Bantuan FDR Xair ini dapat mendukung program penemuan kasus TBC. “Kita sudah lama bergerak untuk zero TB di Yogyakarta sejak 2020. Pada hari ini kita dapat bantuan untuk lebih meningkatkan lagi berkontribusi eliminasi TB di Indonesia,” kata Yodi. (*)